1. PENDAHULUAN
Pembicaraan mengenai stres dan pengaruhnya pada seorang
karyawan akhir-akhir ini mendapat perhatian yang besar. Sebesar-besarnya stres
bukan hal yang baru, karena para leluhur kita telah mengalaminya ketika mereka
berhadapan dengan binatang buas di hutan. Sekarang kita tidak lagi berhadapan
dengan binatang buas, tetapi dengan tugas-tugas menumpuk yang harus diselesaikan
tepat waktu, pekerjaan-pekerjaan yang jelek rancangannya, hubungan yang tidak
harmonis dengan atasan dan sebagainya.
2. PENGERTIAN STRES
Stres adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi
lingkungan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik yang berlebihan pada
seseorang.
3. PEMAHAMAN MENGENAI STRES
Pemahaman mengenai stres dapat dilakukan dengan mengatahui
terlebih dahulu sumber potensial penyebab stres. Adapun sumber-sumber
tersebut adalah: faktor-faktor lingkungan (terutama karena adanya ketidakpastian
dalam lingkungan, baik itu bersifat ekonomi, politik maupun teknologi), faktor
organisasional (yang diakibatkan adanya tuntutan dari tugas dan peranannya
dalam organisasi, hubungan antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan
dalam organisasi), dan faktor individual (berupa masalah ekonomi dan kurangnya
waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga).
Ketiga faktor di atas akan diperjelas dengan adanya perbedaan
individual sehingga menyebabkan pekerja mengalami stres. Ada paling kurang lima
variabel yang membedakan tiap individu, yaitu: persepsi, pengalaman kerja,
dukungan sosial, iocus of control dan hostility.
4. KONSEKUENSI DARI STRES
Seorang karyawan yang sering terkena stres akan mengalami
berbagai gejala, antara lain: gejala fisiologis (yang mengakibatkan perubahan
kesehatan tubuh, misalnya: darah tinggi, sakit kepala dan serangan jantung),
gejala psikologis (perubahan seseorang dalam sikap, misalnya: tidak sabar,
cepat bosan dan suka marah), dan gejala pada perilaku (perubahan pada perilaku
seseorang menyangkut produktivitas, tingkat absensi, dan turn over).
5. STRATEGI MANAJEMEN STRES
Diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres. Ada
dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individu seorang karyawan dapat berusaha
sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang
cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan
dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga
mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres
yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai
strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat,
keluarga, yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa
penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen
untuk mengatasi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan,
penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,
komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut
akan menyebabkan karyawan akan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan
mental.
6. PENYEBAB STRES
Setiap orang mempunyai reaksi dan cara yang berbeda dalam
menghadapi suatu situasi yang sama. Apa yang dihadapi oleh karyawan A mungkin
dirasakan sebagai sesuatu yang merangsang, tetapi oleh karyawan B mungkin
dirasakan sebagai tekanan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab umum stres.
1)
Penyebab Fisik
A. Kebisingan. Kebisingan yang terus-menerus dapat
menjadi sumber stres bagi banyak orang. Namun perlu diketahui bahwa terlalu
tenang juga menyebabkan hal yang sama. Perusakan kereta api Inggris, setelah
menggunakan gerbong modern mengalami masalah karena tingkat peredam suaranya
yang begitu kuat menyebabkan kita bisa mendengarkan pembicaraan orang lain
dengan mudah. Di sini perlu diberikan semacam kebisingan untuk mengatasi
gangguan dari penumpang lain.
B. Kelelahan. Masalah kelelahan ini dapat
menyebabkan stres karena kemampuan untuk bekerja menurun. Kemampuan bekerja
menurun menyebabkan prestasi menurun, dan tanpa disadari menimbulkan stres.
C. Penggeseran
kerja. Mengubah pola
kerja yang terus menerus dapat menimbulkan stres. Hal ini disebabkan karena
seorang karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja yang sama dan sudah terbiasa
dengan kebiasaan-kebiasaan lama.
D. Jet-Lag. Jet-lag adalah jenis kelelahan
khusus yang disebabkan oleh perubahan waktu sehingga mempengaruhi irama tubuh
seseorang. Untuk itu disarankan bagi mereka, yang baru menempuh perjalanan jauh
dimana terdapat perbedaan waktu, agar beristirahat minimal 24 jam sebelum
melakukan sebuah aktivitas.
E. Suhu dan
kelembaban. Bekerja
dalam suatu ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat mempengaruhi tingkat
prestasi karyawan. Suhu yang terlalu tinggi harus dapat ditoleransi dengan
kelembaban yang rendah.
2)
Beban Kerja
Beban kerja yang terlalu banyak dapat
menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang sehingga menimbulkan stres. Hal ini
bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan
kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin terlalu banyak dan
sebagainya.
3)
Sifat Pekerjaan
A. Situasi baru
dan asing.
Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan atau organisasi, seseorang
akan merasa sangat tertekan, sehingga dapat menimbulkan stres.
B. Ancaman
pribadi. Suatu
tingkat kontrol (pengawasan) yang terlalu ketat dari alasan menyebabkan
seseorang merasa terancam kebebasannya.
C. Percepatan. Stres bisa terjadi apabila
ketidakmampuan seseorang untuk memacu pekerjaan.
D. Ambiguitas. Kurangnya kejelasan terhadap apa
yang harus dikerjakan (dwi arti), akan menimbulkan kebingungan atau keraguan
bagi seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
E. Umpan balik. Standar kerja yang tidak jelas
dapat membuat karyawan tidak puas karena mereka tidak pernah tahu prestasi
mereka. Disamping itu, standar kerja yang tidak jelas juga dapat dipergunakan
untuk menekan karyawan.
4)
Kebebasan
Kebebasan yang diberikan kepada
karyawan belum tentu merupakan hal yang menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru dengan adanya
kebebasan membuat mereka merasa ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam
bertindak. Hal ini dapat merupakan sumber stres bagi seseorang.
5)
Kesulitan
Kesulitan-kesulitan yang dialami di
rumah, seperti ketidakcocokan suami-istri, masalah keuangan, perceraian dapat
mempengaruhi prestasi seseorang. Hal-hal seperti ini dapat merupakan sumber
stres.
7. KONSEKUENSI STRES
Ada lima kategori potensial konsekuensi stres, yaitu:
1)
Subjective effects. Akibat subjektif ini berupa kecemasan, agresif,
acuh-tak acuh, kebosanan, depresi, kelelahan, frustasi, kemarahan, rendah diri,
gugup, dan perasaan kesepian.
2)
Cognitive effects. Akibat kognitif berupa ketidakmampuan untuk
mengambil keputusan yang sehat, sulit berkonsentrasi, sangat peka terhadap
kritik dan rintangan-rintangan mental.
3)
Behavior effects. Akibat perilaku berupa kecenderungan mengalami
musibah, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, perilaku yang tidak rasional.
4)
Phycological effects. Akibat fisiologis dapat berupa kenaikan denyut
jantung, kenaikan kadar gula, tekanan darah tinggi, berkeringat dan tubuh panas
dingin.
5)
Organizational effects. Akibat keorganisasian dapat berupa
ketidakhadiran, produktivitas yang menurun, disingkirkan dari rekan sekerja, dan
berkurangnya komitmen serta kesetiaan terhadap organisasi.
Akibat seperti yang disebutkan di atas hanya merupakan
sebagian kecil dari akibat-akibat potensial stres. Bagi para manajer perlu
untuk memahami tingkat stres karyawan, terutama apabila akibat stres tersebut
merupakan kontra terhadap produktivitas seorang karyawan.
8. MANAJEMEN STRES
Perusahaan dalam mengelola stres karyawan, pertama-tama harus
memperlihatkan apa yang menyebabkan stres tersebut. Berikut ini adalah contoh
program mengelola stres yang dapat dipergunakan oleh perusahaan. Apabila stres
terjadi akibat dari karyawan bingung tentang peranannya dalam melaksanakan
suatu pekerjaan sebagai akibat ketidakjelasan terhadap tugas dan tanggung
jawab. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan perlu merumuskan lagi peranan
karyawan yang bersangkutan dan mengurangi beban pekerjaan yang berlebihan.
9. PENDEKATAN INDIVIDU TERHADAP STRES
Terdapat berbagai macam cara untuk mengatasi stres seseorang.
Berikut ini adalah beberapa cara (pendekatan) yang sudah diteliti dampaknya,
yang telah dikutip oleh berbagai media ilmiah dan telah terbukti keefektifannya
secara ilmiah.
1)
Olahraga (exercise)
Hasil studi menunjukkan bahwa
serangan jantung (heart atlacles) dan meninggal lebih banyak dialami
oleh mereka yang secara fisik kurang berolahraga (exercise). Banyak
studi mengklaim bahwa olahraga dapat mengurangi depresi, kecemasan dan rasa
takut.
2)
Santai (relaxations)
Seperti stres merupakan adaptasi
respon terhadap tubuh, maka adaptasi anti stres respon adalah respon santai (relaxation
respons). Studi menunjukkan bahwa “respon santai” mengurangi tensi denyutan
nadi dan pernapasan menjadi lebih normal.
3)
Humor
Studi menyebutkan bahwa tertawa
(humor) dapat mengurangi stres. Humor digunakan oleh banyak anak-anak untuk
mengurangi stres di rumah. Lebih lanjut hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian kecil besar “komedi” adalah mereka yang lucu pada masa kanak-kanak.
4)
Meditasi (meditation)
Meditasi dilakukan dengan maksud
memusatkan konsentrasi agar dapat berpikir lebih jernih dan tenang.
Pengalaman-pengalaman hidup apakah yang menyenangkan atau tidak menyenangkan,
dengan meditasi seseorang dapat mengambil hikmahnya dari pengalaman tersebut.
5)
Bio feedback
Dalam kenyataan “bio feedback”
bukan merupakan hal baru dalam kehidupan seseorang. Secara otomatis seseorang
akan mencek (meletakkan) tangan pada kening apabila ia merasa demam, mencek
nadi, mencek pernapasan dan sebagainya. Penelitian ini menunjukkan “bio
feedback” mempunyai peranan yang cukup penting dalam mengatasi (mengelola)
stres, karena pertama, secara nyata dapat mengontrol “physiological respon” dan
kedua, dapat menyediakan penguatan (reinforcement) yang berkaitan dengan
“perkembangan” dari waktu ke waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar