1. PENDAHULUAN
Perilaku
manusia (di dalam organisasi) dapat dikaji berdasarkan tiga tingkatan, yaitu:
individu, kelompok, dan organisasi, yang masing-masing memiliki perspektif yang
unik. Sebagai anggota kelompok, seseorang akan berperilaku berbeda dengan jika
dia hanya seorang diri, dan perilaku itu juga dapat berubah secara drastis pada
saat dia beralih dari satu kelompok ke lain kelompok.
Memahami
dinamika kelompok sangat penting untuk memahami perilaku organisasi. Sebab,
kelompok adalah bagian sentral dari kehidupan sehari-hari manusia, dan pada
waktu-waktu tertentu tiap orang akan menjadi bagian (anggota) dari
kelompok-kelompok yang berbeda, seperti: kelompok kerja, olahraga, organisasi
sosial, ikatan alumni, kegemaran, dan sebagainya.
Perlunya
pemahaman akan dinamika kelompok setidaknya didasari oleh tiga alasan. Pertama,
kelompok dapat memberikan pengaruh yang besar pada individu. Sikap, nilai, dan
perilaku kita sebagai pribadi banyak sekali dipengaruhi oleh interaksi kita dengan
anggota kelompok yang lain. Kedua, kelompok dapat memberikan pengaruh
yang kuar terhadap kelompok lain dan terhadap organisasi. Banyak tugas-tugas
pekerjaan dalam organisasi dilaksanakan oleh kelompok, dan keberhasilan
organisasi banyak sekali ditentukan oleh efektifnya kelompok di dalamnya. Ketiga,
mempelajari dinamika kelompok dapat membantu menjelaskan perilaku. Perilaku
unik yang terjadi dalam kelompok, hanya dapat dijelaskan dengan memahami proses
dalam kelompok itu sendiri.
Karena
kelompok itu sendiri terdiri dari sejumlah orang yang masing-masing membawa
serta ciri-cirinya sendiri, maka sering kali proses dalam kelompok itu
menimbulkan masalah-masalah. Bagian ini akan menguraikan secara sekilas tentang
berbagai aspek penting dari dinamika kelompok dan masalahnya.
2. DEFINISI DAN KLASIFIKASI KELOMPOK
Dalam
membahas dinamika kelompok, ada beberapa konsep tentang kelompok yang terlebih
dahulu perlu dipahami.
1)
Definisi
Kelompok (group) dapat
didefinisikan sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama
lain sedemikian rupa sehingga perilaku atau kinerja (performance) dari
seseorang dipengaruhi oleh
perilaku/kinerja anggota yang lain (Shaw, 1976). Di dalam studi perilaku
organisasi kelompok merupakan salah satu unit analisis di samping unit analisis
yang lain: individu dan organisasi. Seperti halnya dengan individu pemahaman
tentang perilaku kelompok perlu juga dimiliki oleh para anggota organisasi,
terlebih-lebih para pemimpin. Sebab, dengan pemahaman yang cukup, maka
sekelompok dapat dimanfaatkan secara efektif untuk pencapaian tujuan-tujuan
organisasi.
2)
Klasifikasi
Dipandang dari sudut pandang
hubungannya dengan organisasi, maka kelompok dapat dibedakan ke dalam dua
kategori: (1) kelompok formal, dan (2) kelompok informal. Kelompok formal,
yaitu kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan formal
(resmi) seperti: struktur organisasi dan penugasan-penugasan organisasi.
Sebaliknya, kelompok informal, yaitu kelompok yang terbentuk bukan berdasarkan ketentuan formal.
Di samping itu, klasifikasi kelompok
ini dapat juga dilakukan dengan cara lain, yaitu:
1. Kelompok berdasarkan
komando dan tugas, yaitu kelompok yang terdiri dari atasan bawahan yang
tergambar dalam bagan organisasi; dan yang anggotanya tidak selalu terdiri dari
atasan dan bawahan.
2. Kelompok minat
dan persahabatan; yang terbentuk karena persamaan minat tertentu, dan kesamaan
dalam beberapa ciri, seperti: umur, hobi, sekolah, politik, dan sebagainya.
Pengelompokan
diatas hendaknya dipandang sebagai cara untuk memudahkan analisis belaka, dan
mungkin saja masih ada cara lain untuk mengklasifikasikan kelompok itu.
3. ALASAN PERLUNYA KELOMPOK
Ada beberapa
alasan mengapa orang mengikuti atau menjadi bagian dari kelompok tertentu. Diantara
alasan tertentu itu adalah sebagai berikut:
1)
Rasa aman (keamanan): dengan itu kelompok dapat
mengurangi ketidakamanan (rasa tidak aman) karena berdiri sendiri. (contoh:
serikat pekerja).
2)
Status dan harga diri: ada rasa peningkatan dan harga
diri karena mengikuti atau bergabung dengan suatu kelompok. Contohnya, menjadi
anggota klub eksklusif.
3)
Interaksi dan afiliasi: menikmati interaksi teratur
dengan orang lain dan mendapatkan kepuasan dari interaksi tersebut. Contohnya,
istri orang kaya yang masih tetap mau jadi pegawai negeri di sebuah instansi.
4)
Kekuatan: dengan berkelompok perjalanan/perjuangan
menjad lebih kuat dibandingkan dengan berjuang sendirian.
5)
Pencapaian tujuan: dengan berkelompok tujuan lebih
mudah dicapai daripada seorang diri.
6)
Keuntungan bersama: dengan berkelompok maka orang-orang
yang terlibat akan mendapatkan keuntungan bersama (mutual benefits). Contohnya,
koperasi dan persekutuan dagang.
7)
Kedekatan fisik: orang berkelompok, karena kedekatan
jarak fisik (physical proximity). Contohnya: RT, RW, dan lain-lain.
Di dalam suatu kelompok tertentu
sangat mungkin terjadi seseorang bisa mendapat lebih dari satu manfaat yang
dapat diperolehnya. Hal yang demikian sah-sah saja. Dan, ini banyak kita
saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Memahami alasan-alasan berkelompok,
perlu bagi manajer. Sebab dengan memahami itu, maka perilaku kelompok dapat
dijelaskan, diprediksi dan sekaligus dapat dikendalikan untuk tujuan-tujuan
yang produktif bagi organisasi.
4. FASE PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok
pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses yang dinamis yang terdiri dari
beberapa fase, yaitu:
1) Forming (pembentukan). Fase ini merupakan fase awal dimana
keadaan ketidakpastian akan tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok
dihadapi. Fase ini berakhir pada saat para anggota mulai berpikir bahwa diri
mereka adalah bagian dari sebuah kelompok.
2) Stroming (merebut
hati). Fase ini
dicirikan oleh adanya konflik intra kelompok. Anggota menerima keberadaan
kelompok, tetapi menolak pengendalian kelompok atas individu. Fase ini selesai
manakala didapatkan hirarki kepemimpinan yang relatif jelas di dalam kelompok.
3) Norming
(pengaturan norma). Fase
ini menggambarkan adanya perkembangan hubungan dan kelompok menunjukkan adanya
kohesi (kepaduan). Fase ini berakhir dengan adanya struktur kelompok yang
semakin solid, dan merumuskan harapan-harapan serta perilaku kelompok yang
benar dan diterima.
4) Performing
(melaksanakan). Fase
ini memperlihatkan fungsi kelompok berjalan dan diterima oleh anggota. Jadi,
disini energi kelompok sudah bergerak dari tahap saling mengenal dan saling
mengerti kepelaksanaan tugas-tugas yang ada. Untuk kelompok yang relatif
permanen, fase ini merupakan fase terakhir di dalam perkembangannya.
5) Adjourning (pengakhiran). Fase ini merupakan fase terakhir
yang ada pada kelompok yang bersifat temporer, yang di dalamnya tidak lagi
berkenaan dengan pelaksanaan tugas-tugas, tetapi dengan berakhirnya rangkaian
kegiatan.
5. BEBERAPA MASALAH UTAMA DALAM DINAMIKA KELOMPOK
Karena
kelompok terdiri dari sejumlah orang dan (biasanya) dengan latar belakangnya
yang berbeda-beda, maka sangat mungkin di dalam kelompok itu ditemukan banyak
masalah-masalah. Hal ini perlu sekali mendapatkan perhatian. Diantara masalah-masalah
itu yang terpenting adalah sebagai berikut:
1)
Kepemimpinan
Masalah kepemimpinan sangat strategis
sifatnya karena dapat menentukan efektif tidaknya proses kelompok. Di dalam
praktek masalah kepemimpinan sangat pelik. Mulai dari mencari orang yang cocok,
dapat diterima, dan mampu adalah beberapa diantara isu-isu yang penting. Tidak jarang
suatu kelompok menjadi buyar karena kesalahan memilih pemimpin.
2)
Pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah
Pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah, merupakan inti dari tugas atau misi kelompok. Pengambilan keputusan
kelompok di dalam praktek lebih banyak sulitnya daripada mudahnya. Namun demikian,
harus diakui bahwa pengambilan keputusan kelompok secara umum telah diakui
lebih lebih baik kualitasnya daripada keputusan yang individual. Dan,
kebanyakan organisasi memanfaatkan kelompok dalam proses pengambilan
keputusannya.
3)
Komunikasi
Karena kelompok merupakan kumpulan
dari para individu yang berinteraksi satu sama lain, maka masalah komunikasi
memegang peranan yang sentral. Melalui komunikasi saling pengertian diciptakan
pada akhirnya akan memperkuat kohesi, dan tercapainya tujuan-tujuan kelompok.
4)
Konflik
Perbedaan kepentingan dan
harapan-harapan yang ada di dalam kelompok boleh jadi tidak dapat dihindari. Hal
ini akan dapat menjadi potensi konflik sehingga sasaran yang telah ditetapkan
gagal dicapai, dan bahkan bisa membuyarkan kelompok itu sendiri. Untuk itu,
selalu memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan, kelompok perlu memperhatikan
keberadaan potensi konflik ini dapat berusaha mengendalikannya agar proses
kelompok dapat berlangsung efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar