1. PENDAHULUAN
Di dalam kehidupan sehari-hari boleh dikatakan hampir setiap
saat kita dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan kita untuk mengambil
keputusan. Khususnya bagi mereka yang memegang posisi atau memegang peran
sebagai pemimpin organisasi, contoh: presiden, kepala, manajer, direktur dan
semacamnya. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari fungsinya yang
terpenting.
2. ESENSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1)
Pengertian Pengambilan Keputusan
Adalah sebagai penataan pilihan
langkah atau tindakan dari sejumlah alternatif (Koonys, Wehrich: 1990).
2)
Pengambilan Keputusan dan Perilaku Individu
Kebanyakan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh seseorang berhubungan erat dengan pemecahan masalah-masalah yang
dihadapinya, seperti masalah pribadi, pekerjaan maupun sosial.
Pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah itu dapat dikemukakan oleh Alexis dan Wilson (1967) yaitu:
a) Pemecahan
masalah oleh individu berkenaan dengan penggunaan strategi (rencana-rencana
atau pola) pencarian alternatif yang relevan. Individu biasanya meminimalkan
hambatan melalui pemilihan strategi pemecahan masalahnya.
b) Perilaku
pemecahan masalah bersifat adaptif individu mengawalinya dengan pemecahan
masalah yang tentatif mencari informasi, memodivikasi solusi awal dan
melanjutkannya sampai terjadi keseimbangan antara harapan dan realisasi hasil.
c) Betapapun
batasnya situasi pemecahan masalah faktor kepribadian dan keinginan individu
akan memasuki pilihan strategi, penggunaan informasi, dan keputusan akhirnya.
Singkatnya
para individu kebanyakan cenderung untuk menggunakan strategi yang lebih
sederhana walau dalam menghadapi masalah yang kompleks sedikitpun, dalam usaha
mendapatkan solusi yang diinginkan.
3)
Kondisi yang mempengaruhi keputusan
Dalam menetapkan keputusannya,
pengambil keputusan tidak dapat terlepas dari banyaknya informasi yang
tersedia, sebab ketepatan keputusan ditentukan oleh akurasi informasi yang
tersedia.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi
suatu keputusan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Kondisi
kepastian
Pengambilan
keputusan benar-benar menguasai masalah yang dihadapi dan mengetahui
konsekuensi dari setiap alternatif pemecahan yang ada.
b) Resiko
Resiko
merupakan kondisi yang dapat diidentifikasi, didefinisikan, diprediksikan
kemungkinan terjadinya dan kemungkinan hasil dari setiap alternatif yang
diambil. Biasanya kondisi yang demikian ini timbul jika pengambilan keputusan
dalam keadaan keterbatasan informasi yang berkaitan dengan keputusan yang akan
ditetapkan.
c) Kondisi
ketidakpastian
Kondisi
ketidakpastian merupakan kondisi dimana pengambil keputusan tidak memiliki
informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Karenanya, keputusan
yang diambil pun bersifat spekulatif, dan seringkali mendapatkan institusi yang
semata-mata sebagai pedomannya.
3. JENIS MASALAH KEPUTUSAN DAN TINGKAT MANAJEMEN
Proses pengambilan keputusan selalu diawali oleh adanya
masalah yang dihadapi dan perlu dipecahkan. Corak dan jenis masalah yang
dihadapi oleh suatu organisasi atau suatu individu akan menentukan corak
keputusan yang diambil.
A.
Jenis Masalah
Masalah yang dihadapi individu dan
organisasi dapat dibagi 2 (dua) macam, yaitu:
a) Masalah
terstruktur
Adalah
masalah yang terjadi secara berulang-ulang, bersifat rutin atau dihadapi
sehari-hari. Keputusan untuk mengatakan masalah terstruktur ini sudah bisa
didelegasikan pada manajemen tingkat yang rendah (operasional organisasi).
Contohnya: keuangan.
b) Masalah tidak
terstruktur
Masalah
tak terstruktur adalah masalah yang munculnya tiba-tiba, tidak bersifat rutin
dan boleh jadi belum muncul sebelumnya. Contoh: masalah pembukaan pasar bagi
produk baru, pembatalan kontrak kerja.
B.
Keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram
a) Keputusan
terprogram, yaitu keputusan yang jelas prosedur atau tahap-tahapnya untuk
masalah-masalah tertentu yang bersifat rutin atau terstruktur (kompleksitas
keputusan rendah).
b) Keputusan tak
terprogram, yaitu keputusan yang dibuat pada saat sesuatu masalah timbul dan
biasanya bersifat spesifik (tidak ada prosedur atau sistem yang tersedia sebelumnya)
atau masalah kompleksitas keputusan tinggi biasanya menjadi urusan masyarakat
tingkat atas dalam hierarki organisasi.
C.
Hubungan masalah, keputusan dan tingkat manajemen
Terdapat kaitan antara masalah,
keputusan dan tingkat manajemen dalam organisasi. Secara spesifik, manajemen
tingkat atas kebanyakan berurusan dengan masalah yang lebih kompleks, tidak
rutin atau tiba-tiba muncul dan tidak terstruktur dan cenderung tidak
terprogram.
4. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses pengambilan keputusan (disebut juga sebagai proses
pemecahan masalah). Menurut Herberg A. Simon (1960) menyatakan bahwa proses
pemecahan masalah terdiri dari 3 (tiga) fase, yaitu:
1)
Intelegence: yang pada dasarnya berkenaan dengan pencarian kondisi yang
memerlukan keputusan.
2)
Design: yakni berkenaan dengan pengembangan dan analisis terhadap
berbagai kemungkinan tindakan.
3)
Choice: yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.
Sebagai gambaran, beberapa contoh proses pemecahan masalah
yang dihimpun oleh Albanesse (1981) mengemukakan sebagai berikut:
Contoh 1 (Dewey)
1)
Apa masalahnya
2)
Apa saja alternatifnya
3)
Alternatif mana yang terbaik
Contoh 2 (Kats and Kahn)
1)
Tekanan langsung terhadap pengambilan keputusan
2)
Analisis jenis masalah dan dimensi dasarnya
3)
Pencarian alternatif pemecahan
4)
Pertimbangan atas akibat dari alternatif pemecahan,
antisipasi konflik dan pasca keputusan dan pilihan terakhir.
Contoh 3 ( Schendel)
1)
Fase intelegence (penyelidikan)
a) Tujuan-tujuan
organisasi
b) Pencarian dan
pemilihan prosedur
c) Identifikasi
masalah
d) Pernyataan masalah
2)
Fase design (rancangan)
a) Perumusan
alternatif pemecahan
b) Evaluasi
alternatif
3)
Fase choice (pemilihan)
a) Pemilihan
alternatif
b) Rencana tindakan
c) Sistem kontrol
Contoh 4 (Minzberg, Reisingham & Teorat)
1)
Fase identifikasi
a) Pengakuan
keputusan
b) Diagnosis
2)
Fase pengembangan
a) Mencari
b) Merancang
3)
Fase pemilihan
a) Menyaring
b) Evaluasi
pemilihan
c) Otorisasi
5. GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Gaya kepemimpinan dan gaya hidup adalah dua diantara 2 (dua)
gaya dimaksud. Contoh: gaya kepemimpinan (perilaku) yang ditampilkan oleh seseorang
di dalam melakukan pengambilan keputusan juga bermacam-macam.
Ahli psikologi telah membahas/mengidentifikasi 4 (empat)
fungsi psikologi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, yaitu:
1)
Sensing: berkenaan dengan tradisi mencari fakta, bersifat radistis
dan melihat sesuatu yang objektif (nilai tinggi).
2)
Intuiting: berkenaan dengan tendensi untuk mencoba menyingkap
kemungkinan baru guna mengubah cara menangani sesuatu menyukai sesuatu yang
baru dan unik, tidak menyukai hal-hal bersifat rutin, detail dan presisi.
3)
Thingking: adalah tendensi untuk mencari hubungan sebab-akibat yang
sistematik untuk di analisa secara utuh dan membedakan antara tugas yang benar
dan yang salah.
4)
Feeling: adalah tendensi untuk mempertimbangkan bagaimana perasaan
diri sendiri dan orang lain sebagai akibat dari keputusan yang dibuat.
6. PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK
Adalah satu corak proses pengambilan keputusan dalam
organisasi (ciri prosesnya ditandai dengan banyaknya orang).
A.
Keunggulan keputusan kelompok
1) Informasi dan
pengetahuan lebih lengkap
Dalam
menghimpun sumber daya dan sejumlah individu, berarti lebih banyak masukan yang
dipakai dalam proses pembuatan keputusan.
2) Keragaman
pandangan lebih banyak
Selain
masukan yang banyak, kelompok dapat pula membawa serta heterogenitas mereka ke
dalam proses keputusan (akan lebih banyak alternatif pertimbangan).
3) Penerima
keputusan lebih besar
Banyak
solusi yang ternyata gagal setelah keputusan diambil karena orang-orang tidak
dapat menerima hasil keputusan tersebut. (bila orang yang dikenai oleh
keputusan itu dan orang yang akan melaksanakan dapat diambil bagian dalam proses pembuatannya,
maka mereka lebih cenderung untuk menerimanya, dan bahkan akan mendorong orang
lain untuk menerimanya).
4) Legitimasi
keputusan lebih kuat
Masyarakat
kita menghargai metode yang demokratis. Proses pengambilan keputusan kelompok
yang konsisten dengan sikap demokratis itu, karena itu dipandang sebagai lebih
memiliki keabsahan untuk keputusan yang dibuat oleh individu.
B.
Kekurangan keputusan kelompok
Beberapa kekurangan kelompok antara
lain;
1) Memakan waktu
Untuk
membentuk kelompok sudah jelas membutuhkan waktu tersendiri. Kelompok
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesepakatan terhadap sebuha
solusi dapat juga dilakukan oleh seorang individu.
2) Tekanan untuk
sependapat
Keinginan
anggota kelompok akan menyebabkan adanya penekanan pada pihak yang berbeda
pendapat dan mendorong persesuaian diantara sejumlah pandangan.
3) Dominasi oleh
minoritas
Diskusi
kelompok boleh jadi didominasi oleh satu atau beberapa anggota.
4) Tanggung jawab
yang kabur
Kelompok
sama berbagi tanggung jawab tetapi tak jelas siapa yang bertanggung jawab akhir
(tanggun jawab setiap anggota diabaikan).
C.
Teknik-teknik keputusan kelompok
1) Teknik brainstorming
Teknik
brainstorming adalah salah satu bentuk teknik kelompok. Pada pokoknya
teknik ini berusaha untuk menggali dan mendapatkan gagasan dari anggota
kelompok. Namun demikian, teknik ini mengandung beberapa kelemahan,
diantaranya:
a) Hanya dapat
diterapkan pada masalah-masalah yang bersifat sederhana.
b) Sangat memakan
waktu dan biaya.
c) Hanya menghasilkan
ide-ide yang dangkal.
2) Nominal Group
Technique
Berbeda
dengan brainstorming, nominal group technique berkenaan dengan
penggalian dan evaluasi gagasan sekaligus. Pada mulanya gagasan digali
selanjutnya pada evaluasi atas gagasan, interaksi dimungkinkan (setiap pasangan
mendapatkan perhatian proporsional).
3) Delphi
Technique
Teknik
Delphi sedikit berbeda dengan HGT dalam mana prosesnya semata-mata tergantung
pada kelompok nominal (para pekerja) sebagai partisipan yang kesemuanya tidak
melakukan interaksi tatap muka. Jadi dengan teknik ini sangat mungkin kita
dapatkan pakar tanpa harus mengungkapkan mereka disuatu tempat pada waktu yang
sama. Sesungguhnya teknik ini kelihatannya ilmiah dan secara teoritis dapat
memanfaatkan pikiran dan ahli yang bermutu tinggi akan tetapi Delphi ini juga
mempunyai kelemahan, diantaranya:
a) Memakan waktu
lama.
b) Perlu keterampilan
bahasa yang tinggi untuk menyusun quesioner yang baik dan sesuai masalah
yang diangkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar