Jumat, 14 Maret 2014

XI. PERILAKU PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. PENDAHULUAN
Di dalam kehidupan sehari-hari boleh dikatakan hampir setiap saat kita dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan kita untuk mengambil keputusan. Khususnya bagi mereka yang memegang posisi atau memegang peran sebagai pemimpin organisasi, contoh: presiden, kepala, manajer, direktur dan semacamnya. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari fungsinya yang terpenting.

2. ESENSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1)      Pengertian Pengambilan Keputusan
Adalah sebagai penataan pilihan langkah atau tindakan dari sejumlah alternatif (Koonys, Wehrich: 1990).
2)      Pengambilan Keputusan dan Perilaku Individu
Kebanyakan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang berhubungan erat dengan pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya, seperti masalah pribadi, pekerjaan maupun sosial.
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah itu dapat dikemukakan oleh Alexis dan Wilson (1967) yaitu:
a)      Pemecahan masalah oleh individu berkenaan dengan penggunaan strategi (rencana-rencana atau pola) pencarian alternatif yang relevan. Individu biasanya meminimalkan hambatan melalui pemilihan strategi pemecahan masalahnya.
b)      Perilaku pemecahan masalah bersifat adaptif individu mengawalinya dengan pemecahan masalah yang tentatif mencari informasi, memodivikasi solusi awal dan melanjutkannya sampai terjadi keseimbangan antara harapan dan realisasi hasil.
c)      Betapapun batasnya situasi pemecahan masalah faktor kepribadian dan keinginan individu akan memasuki pilihan strategi, penggunaan informasi, dan keputusan akhirnya.
Singkatnya para individu kebanyakan cenderung untuk menggunakan strategi yang lebih sederhana walau dalam menghadapi masalah yang kompleks sedikitpun, dalam usaha mendapatkan solusi yang diinginkan.
3)      Kondisi yang mempengaruhi keputusan
Dalam menetapkan keputusannya, pengambil keputusan tidak dapat terlepas dari banyaknya informasi yang tersedia, sebab ketepatan keputusan ditentukan oleh akurasi informasi yang tersedia.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi suatu keputusan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a)      Kondisi kepastian
Pengambilan keputusan benar-benar menguasai masalah yang dihadapi dan mengetahui konsekuensi dari setiap alternatif pemecahan yang ada.
b)      Resiko
Resiko merupakan kondisi yang dapat diidentifikasi, didefinisikan, diprediksikan kemungkinan terjadinya dan kemungkinan hasil dari setiap alternatif yang diambil. Biasanya kondisi yang demikian ini timbul jika pengambilan keputusan dalam keadaan keterbatasan informasi yang berkaitan dengan keputusan yang akan ditetapkan.
c)      Kondisi ketidakpastian
Kondisi ketidakpastian merupakan kondisi dimana pengambil keputusan tidak memiliki informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Karenanya, keputusan yang diambil pun bersifat spekulatif, dan seringkali mendapatkan institusi yang semata-mata sebagai pedomannya.

3. JENIS MASALAH KEPUTUSAN DAN TINGKAT MANAJEMEN
Proses pengambilan keputusan selalu diawali oleh adanya masalah yang dihadapi dan perlu dipecahkan. Corak dan jenis masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi atau suatu individu akan menentukan corak keputusan yang diambil.
A.      Jenis Masalah
Masalah yang dihadapi individu dan organisasi dapat dibagi 2 (dua) macam, yaitu:
a)      Masalah terstruktur
Adalah masalah yang terjadi secara berulang-ulang, bersifat rutin atau dihadapi sehari-hari. Keputusan untuk mengatakan masalah terstruktur ini sudah bisa didelegasikan pada manajemen tingkat yang rendah (operasional organisasi). Contohnya: keuangan.
b)      Masalah tidak terstruktur
Masalah tak terstruktur adalah masalah yang munculnya tiba-tiba, tidak bersifat rutin dan boleh jadi belum muncul sebelumnya. Contoh: masalah pembukaan pasar bagi produk baru, pembatalan kontrak kerja.
B.      Keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram
a)      Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang jelas prosedur atau tahap-tahapnya untuk masalah-masalah tertentu yang bersifat rutin atau terstruktur (kompleksitas keputusan rendah).
b)      Keputusan tak terprogram, yaitu keputusan yang dibuat pada saat sesuatu masalah timbul dan biasanya bersifat spesifik (tidak ada prosedur atau sistem yang tersedia sebelumnya) atau masalah kompleksitas keputusan tinggi biasanya menjadi urusan masyarakat tingkat atas dalam hierarki organisasi.
C.      Hubungan masalah, keputusan dan tingkat manajemen
Terdapat kaitan antara masalah, keputusan dan tingkat manajemen dalam organisasi. Secara spesifik, manajemen tingkat atas kebanyakan berurusan dengan masalah yang lebih kompleks, tidak rutin atau tiba-tiba muncul dan tidak terstruktur dan cenderung tidak terprogram.

4. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses pengambilan keputusan (disebut juga sebagai proses pemecahan masalah). Menurut Herberg A. Simon (1960) menyatakan bahwa proses pemecahan masalah terdiri dari 3 (tiga) fase, yaitu:
1)      Intelegence: yang pada dasarnya berkenaan dengan pencarian kondisi yang memerlukan keputusan.
2)      Design: yakni berkenaan dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai kemungkinan tindakan.
3)      Choice: yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.
Sebagai gambaran, beberapa contoh proses pemecahan masalah yang dihimpun oleh Albanesse (1981) mengemukakan sebagai berikut:
Contoh 1 (Dewey)
1)      Apa masalahnya
2)      Apa saja alternatifnya
3)      Alternatif mana yang terbaik
Contoh 2 (Kats and Kahn)
1)      Tekanan langsung terhadap pengambilan keputusan
2)      Analisis jenis masalah dan dimensi dasarnya
3)      Pencarian alternatif pemecahan
4)      Pertimbangan atas akibat dari alternatif pemecahan, antisipasi konflik dan pasca keputusan dan pilihan terakhir.
Contoh 3 ( Schendel)
1)      Fase intelegence (penyelidikan)
a)      Tujuan-tujuan organisasi
b)      Pencarian dan pemilihan prosedur
c)      Identifikasi masalah
d)      Pernyataan masalah
2)      Fase design (rancangan)
a)      Perumusan alternatif pemecahan
b)      Evaluasi alternatif
3)      Fase choice (pemilihan)
a)      Pemilihan alternatif
b)      Rencana tindakan
c)      Sistem kontrol
Contoh 4 (Minzberg, Reisingham & Teorat)
1)      Fase identifikasi
a)      Pengakuan keputusan
b)      Diagnosis
2)      Fase pengembangan
a)      Mencari
b)      Merancang
3)      Fase pemilihan
a)      Menyaring
b)      Evaluasi pemilihan
c)      Otorisasi


5. GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Gaya kepemimpinan dan gaya hidup adalah dua diantara 2 (dua) gaya dimaksud. Contoh: gaya kepemimpinan (perilaku) yang ditampilkan oleh seseorang di dalam melakukan pengambilan keputusan juga bermacam-macam.
Ahli psikologi telah membahas/mengidentifikasi 4 (empat) fungsi psikologi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, yaitu:
1)      Sensing: berkenaan dengan tradisi mencari fakta, bersifat radistis dan melihat sesuatu yang objektif (nilai tinggi).
2)      Intuiting: berkenaan dengan tendensi untuk mencoba menyingkap kemungkinan baru guna mengubah cara menangani sesuatu menyukai sesuatu yang baru dan unik, tidak menyukai hal-hal bersifat rutin, detail dan presisi.
3)      Thingking: adalah tendensi untuk mencari hubungan sebab-akibat yang sistematik untuk di analisa secara utuh dan membedakan antara tugas yang benar dan yang salah.
4)      Feeling: adalah tendensi untuk mempertimbangkan bagaimana perasaan diri sendiri dan orang lain sebagai akibat dari keputusan yang dibuat.

6. PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK
Adalah satu corak proses pengambilan keputusan dalam organisasi (ciri prosesnya ditandai dengan banyaknya orang).
A.      Keunggulan keputusan kelompok
1)      Informasi dan pengetahuan lebih lengkap
Dalam menghimpun sumber daya dan sejumlah individu, berarti lebih banyak masukan yang dipakai dalam proses pembuatan keputusan.
2)      Keragaman pandangan lebih banyak
Selain masukan yang banyak, kelompok dapat pula membawa serta heterogenitas mereka ke dalam proses keputusan (akan lebih banyak alternatif pertimbangan).
3)      Penerima keputusan lebih besar
Banyak solusi yang ternyata gagal setelah keputusan diambil karena orang-orang tidak dapat menerima hasil keputusan tersebut. (bila orang yang dikenai oleh keputusan itu dan orang yang akan melaksanakan dapat  diambil bagian dalam proses pembuatannya, maka mereka lebih cenderung untuk menerimanya, dan bahkan akan mendorong orang lain untuk menerimanya).
4)      Legitimasi keputusan lebih kuat
Masyarakat kita menghargai metode yang demokratis. Proses pengambilan keputusan kelompok yang konsisten dengan sikap demokratis itu, karena itu dipandang sebagai lebih memiliki keabsahan untuk keputusan yang dibuat oleh individu.
B.      Kekurangan keputusan kelompok
Beberapa kekurangan kelompok antara lain;
1)      Memakan waktu
Untuk membentuk kelompok sudah jelas membutuhkan waktu tersendiri. Kelompok membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesepakatan terhadap sebuha solusi dapat juga dilakukan oleh seorang individu.
2)      Tekanan untuk sependapat
Keinginan anggota kelompok akan menyebabkan adanya penekanan pada pihak yang berbeda pendapat dan mendorong persesuaian diantara sejumlah pandangan.
3)      Dominasi oleh minoritas
Diskusi kelompok boleh jadi didominasi oleh satu atau beberapa anggota.
4)      Tanggung jawab yang kabur
Kelompok sama berbagi tanggung jawab tetapi tak jelas siapa yang bertanggung jawab akhir (tanggun jawab setiap anggota diabaikan).
C.      Teknik-teknik keputusan kelompok
1)      Teknik brainstorming
Teknik brainstorming adalah salah satu bentuk teknik kelompok. Pada pokoknya teknik ini berusaha untuk menggali dan mendapatkan gagasan dari anggota kelompok. Namun demikian, teknik ini mengandung beberapa kelemahan, diantaranya:
a)      Hanya dapat diterapkan pada masalah-masalah yang bersifat sederhana.
b)      Sangat memakan waktu dan biaya.
c)      Hanya menghasilkan ide-ide yang dangkal.
2)      Nominal Group Technique
Berbeda dengan brainstorming, nominal group technique berkenaan dengan penggalian dan evaluasi gagasan sekaligus. Pada mulanya gagasan digali selanjutnya pada evaluasi atas gagasan, interaksi dimungkinkan (setiap pasangan mendapatkan perhatian proporsional).
3)      Delphi Technique
Teknik Delphi sedikit berbeda dengan HGT dalam mana prosesnya semata-mata tergantung pada kelompok nominal (para pekerja) sebagai partisipan yang kesemuanya tidak melakukan interaksi tatap muka. Jadi dengan teknik ini sangat mungkin kita dapatkan pakar tanpa harus mengungkapkan mereka disuatu tempat pada waktu yang sama. Sesungguhnya teknik ini kelihatannya ilmiah dan secara teoritis dapat memanfaatkan pikiran dan ahli yang bermutu tinggi akan tetapi Delphi ini juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
a)      Memakan waktu lama.
b)      Perlu keterampilan bahasa yang tinggi untuk menyusun quesioner yang baik dan sesuai masalah yang diangkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar