Sabtu, 22 Maret 2014

XIV. BUDAYA ORGANISASI



1. PENDAHULUAN
Budaya organisasi (organizational culture) atau budaya perusahaan (coorporate culture) akhir-akhir ini sering muncul ke permukaan, dan menjadi bahan pembicaraan dan kajian, baik di kalangan praktisi maupun ilmuwan. Banyak diskusi dan seminar diselenggarakan oleh berbagai pihak yang berusaha mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembangan budaya organisasi/perusahaan. Gejala tersebut secara sederhana menunjukkan bahwa budaya perusahaan itu dirasakan penting, dan tentunya dirasakan memiliki manfaat langsung maupun tak langsung bagi perkembangan perusahaan atau organisasi.
Apakah sebenarnya budaya perusahaan itu? Apakah arti pentingnya bagi perusahaan? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhinya? Dan bagaimana budaya perusahaan dapat diciptakan dan diubah? Adalah beberapa di antara pertanyaan-pertanyaan yang sering dikemukakan manakala masalah budaya perusahaan didiskusikan.
Bab ini membahas berbagai aspek pokok tentang budaya perusahaan itu sebagai orientasi awal. Dan, dari padanya diharapkan akan dapat diperoleh beberapa manfaat dalam rangka penciptaan dan pengembangan budaya perusahaan, yang pada gilirannya akan memberi kontribusi bagi efektivitas perusahaan secara keseluruhan.

2. PENGERTIAN BUDAYA PERUSAHAAN
Kata budaya (culture) sebagai ilmu atau konsep berakar dari kajian atau disiplin ilmu antropologi; yang oleh Kilmann, Saxton, & Serpa (1986) diartikan sebagai falsafahi, idiologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama dan mengikat suatu masyarakat. Kini, konsep tersebut telah pula mendapat tempat dalam perkembangan ilmu organisasi, dan menjadi bagian bahasan yang penting dalam literatur ilmiah di bidang manajemen dan perilaku organisasi dengan memakai rubrik budaya perusahaan (coorporate culture) atau budaya organisasi (organizational culture). Istilah budaya perusahaan kini menjadi sangat populer, baik di Amerika Serikat maupun di bagian dunia yang lain, termasuk Indonesia.
Dua istilah di atas, budaya perusahaan dan budaya organisasi sering kali kita temukan dipakai secara silih berganti. Dalam literatur, definisi budaya perusahaan dan budaya organisasi ini cukup banyak dikemukakan oleh pakar, dan sedikitnya diantaranya akan dikemukakan pada bagian ini.
Menurut Elliot Jacques, budaya perusahaan dan budaya organisasi adalah cara berpikir dan melakukan sesuatu yang mentradisi, yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi, dan para anggota baru harus mempelajari atau paling sedikit menerimanya sebagai bagian organisasi/perusahaan.
Sementara itu, Wheelen & Hunger (1986) mendefinisikan budaya perusahaan adalah himpunan dari kepercayaan, harapan, dan nilai-nilai yang dianut bersama oleh anggota perusahaan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Griffin & Ebert (1989) menyebutkan budaya perusahaan adalah pengalaman, sejarah, keyakinan, dan norma-norma bersama yang menjadi ciri organisasi.
Ketika definisi budaya perusahaan dikemukakan di atas, nampak bahwa terdapat perbedaan-perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, dari padanya, dapat diketahui bahwa ada tiga hal yang menjadi ciri-ciri perusahaan, yaitu (1) dipelajari, (2) dimiliki bersama, dan (3) diwariskan dari generasi ke generasi.
Apa yang penting bagi para manajer atau pemimpin perusahaan adalah menciptakan, memelihara suatu budaya perusahaan yang kuat dan jelas. Budaya perusahaan yang kuat memiliki beberapa tujuan. Salah satu diantaranya, ia dapat mengarahkan usaha-usaha produktif karyawan dan membantu setiap orang untuk bekerja mencapai tujuan-tujuan yang sama.

3.PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN
Dalam hidupnya, manusia dipengaruhi oleh budaya dimana dia berada, seperti nilai-nilai, keyakinan dan perilaku sosial/masyarakat yang kemudian menghasilkan budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga terjadi pada anggota organisasi dengan segala nilai, keyakinan dan organisasi yang kemudian menciptakan budaya organisasi.
Dari sedikit uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa budaya perusahaan pada dasarnya akan mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hirarki organisasi. Bagi organisasi yang masih di dominasi oleh pendiri, misalnya, maka budaya akan menjadi wahana untuk mengkomunikasikan harapan-harapan pendiri terhadap para pekerja lainnya. Demikian pula jika perusahaan dikelola oleh seorang manajer senior yang bersifat otokratis yang menerapkan gaya kepemimpinan “top down” maka budaya juga akan berperan mengomunikasikan harapan-harapan mereka.
Dalam pada itu, Wheelen & Hunger (1986) secara spesifik mengemukakan sejumlah peranan penting yang dimainkan oleh budaya perusahaan, yaitu:
1)      Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja.
2)      Dapat dipakai untuk mengembangkan keikatan pribadi dengan perusahaan.
3)      Membantu stabilisasi perusahaan sebagai suatu sistem sosial.
4)      Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbentuk.
Singkatnya, budaya perusahaan sangat penting peranannya di dalam mendukung terciptanya suatu organisasi/perusahaan yang efektif.

4. MEMBANGUN DAN MEMBINA BUDAYA PERUSAHAAN
Bagaimana membangun dan membina suatu budaya perusahaan, adalah pertanyaan yang penting untuk dijawab. Pada dasarnya, untuk membangun budaya perusahaan yang kuat memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. Dan, boleh jadi, di dalam perjalanannya sebuah perusahaan mengalami pasang surut, dan menerapkan budaya perusahaan yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Meskipun demikian, tahapan-tahapan pembentukan atau pembangunan budaya perusahaan itu dapat didefinisikan sebagai berikut:
1)      Seseorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru.
2)      Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan orang pemikir, dan menciptakan yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
3)      Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha, dan lain-lain yang relevan.
4)      Orang-orang lain dibawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama.
Selanjutnya, bagaimana budaya perusahaan itu dibina? Pembinaan budaya perusahaan dapat dilakukan dengan serangkaian langkah sosialisasi sebagai berikut:
1)      Seleksi pegawai yang obyektif.
2)      Penempatan orang dalam pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan dan bidangnya: “the right man in the right place”.
3)      Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman.
4)      Pengukuran prestasi dan pemberian imbauan yang sesuai.
5)      Penghayatan akan nilai-nilai kerja atau lainnya yang penting.
6)      Ceritera-ceritera dan faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan kebanggaan.
7)      Pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi.
Tentu saja nilai-nilai yang disebutkan di atas masih dapat ditambahkan dengan langkah-langkah yang lain lagi, sepanjang bermakna sama yakni untuk memantapkan budaya perusahaan. Dan, yang penting lagi adalah perlunya langkah-langkah tersebut dilakukan secara terus-menerus dan konsisten, sering diikuti dengan komitmen pemimpin perusahaan.

5. BAGAIMANA CARA KARYAWAN MEMPELAJARI BUDAYA PERUSAHAAN?
Seperti yang dikatakan di muka bahwa budaya perusahaan itu harus dipelajari, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Karenanya, harus ada usaha khusus untuk itu agar para anggota organisasi (karyawan) mentransformasikan elemen-elemen budaya perusahaan itu kepada karyawan. Adapun proses transformasi ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
1)      Ceritera-ceritera. Ceritera-ceritera mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di dalam memulai usaha sehingga menjadi maju seperti keadaan sekarang, merupakan hal yang baik untuk disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang surutnya perusahaan, dan bagaimana perusahaan mengatasi kemelutnya dalam situasi tak menentu akan merupakan kisah yang akan dapat mendorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika mereka mau memahami.
2)      Ritual/upacara-upacara. Semua masyarakat memiliki corak ritualnya sendiri-sendiri. Di dalam perusahaan, tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup suatu perusahaan, sehingga tetap dipelihara keberadaannya. Contoh: selamatan waktu mulai musim giling di pabrik gula.
3)      Simbol-simbol material. Simbol-simbol atau lambang-lambang material, seperti pakaian seragam, ruang kantor dan lain-lain atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus diperhatikan. Sebab, dengan simbol-simbol itulah kita dapat cepat mengidentifikasikan bagaimana nilai, keyakinan, norma, dan lain-lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi.
4)      Bahasa. Bahasa merupakan salah satu media terpenting di dalam transformasi nilai-nilai. Dan, di dalam organisasi atau perusahaan, tiap bidang, strata, atau semacamnya memiliki bahasa atau “jargon” yang khas, yang kadang-kadang hanya dipahami oleh kalangan yang terbatas. Hal yang penting, karena untuk dapat diterima di suatu lingkungan dan menjadi bagian dari lingkungan, salah satu syaratnya adalah memahami bahasa yang berlaku. Karena itu, bahasa jelas merupakan unsur penting dari budaya perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar