Sabtu, 22 Februari 2014

III. DINAMIKA KELOMPOK

1. PENDAHULUAN
            Perilaku manusia (di dalam organisasi) dapat dikaji berdasarkan tiga tingkatan, yaitu: individu, kelompok, dan organisasi, yang masing-masing memiliki perspektif yang unik. Sebagai anggota kelompok, seseorang akan berperilaku berbeda dengan jika dia hanya seorang diri, dan perilaku itu juga dapat berubah secara drastis pada saat dia beralih dari satu kelompok ke lain kelompok.
            Memahami dinamika kelompok sangat penting untuk memahami perilaku organisasi. Sebab, kelompok adalah bagian sentral dari kehidupan sehari-hari manusia, dan pada waktu-waktu tertentu tiap orang akan menjadi bagian (anggota) dari kelompok-kelompok yang berbeda, seperti: kelompok kerja, olahraga, organisasi sosial, ikatan alumni, kegemaran, dan sebagainya.
            Perlunya pemahaman akan dinamika kelompok setidaknya didasari oleh tiga alasan. Pertama, kelompok dapat memberikan pengaruh yang besar pada individu. Sikap, nilai, dan perilaku kita sebagai pribadi banyak sekali dipengaruhi oleh interaksi kita dengan anggota kelompok yang lain. Kedua, kelompok dapat memberikan pengaruh yang kuar terhadap kelompok lain dan terhadap organisasi. Banyak tugas-tugas pekerjaan dalam organisasi dilaksanakan oleh kelompok, dan keberhasilan organisasi banyak sekali ditentukan oleh efektifnya kelompok di dalamnya. Ketiga, mempelajari dinamika kelompok dapat membantu menjelaskan perilaku. Perilaku unik yang terjadi dalam kelompok, hanya dapat dijelaskan dengan memahami proses dalam kelompok itu sendiri.
            Karena kelompok itu sendiri terdiri dari sejumlah orang yang masing-masing membawa serta ciri-cirinya sendiri, maka sering kali proses dalam kelompok itu menimbulkan masalah-masalah. Bagian ini akan menguraikan secara sekilas tentang berbagai aspek penting dari dinamika kelompok dan masalahnya.
2. DEFINISI DAN KLASIFIKASI KELOMPOK
            Dalam membahas dinamika kelompok, ada beberapa konsep tentang kelompok yang terlebih dahulu perlu dipahami.
1)      Definisi
Kelompok (group) dapat didefinisikan sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku atau kinerja (performance) dari seseorang dipengaruhi  oleh perilaku/kinerja anggota yang lain (Shaw, 1976). Di dalam studi perilaku organisasi kelompok merupakan salah satu unit analisis di samping unit analisis yang lain: individu dan organisasi. Seperti halnya dengan individu pemahaman tentang perilaku kelompok perlu juga dimiliki oleh para anggota organisasi, terlebih-lebih para pemimpin. Sebab, dengan pemahaman yang cukup, maka sekelompok dapat dimanfaatkan secara efektif untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
2)      Klasifikasi
Dipandang dari sudut pandang hubungannya dengan organisasi, maka kelompok dapat dibedakan ke dalam dua kategori: (1) kelompok formal, dan (2) kelompok informal. Kelompok formal, yaitu kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan formal (resmi) seperti: struktur organisasi dan penugasan-penugasan organisasi. Sebaliknya, kelompok informal, yaitu kelompok yang terbentuk  bukan berdasarkan ketentuan formal.
Di samping itu, klasifikasi kelompok ini dapat juga dilakukan dengan cara lain, yaitu:
1.      Kelompok berdasarkan komando dan tugas, yaitu kelompok yang terdiri dari atasan bawahan yang tergambar dalam bagan organisasi; dan yang anggotanya tidak selalu terdiri dari atasan dan bawahan.
2.      Kelompok minat dan persahabatan; yang terbentuk karena persamaan minat tertentu, dan kesamaan dalam beberapa ciri, seperti: umur, hobi, sekolah, politik, dan sebagainya.
Pengelompokan diatas hendaknya dipandang sebagai cara untuk memudahkan analisis belaka, dan mungkin saja masih ada cara lain untuk mengklasifikasikan kelompok itu.
3. ALASAN PERLUNYA KELOMPOK
            Ada beberapa alasan mengapa orang mengikuti atau menjadi bagian dari kelompok tertentu. Diantara alasan tertentu itu adalah sebagai berikut:
1)      Rasa aman (keamanan): dengan itu kelompok dapat mengurangi ketidakamanan (rasa tidak aman) karena berdiri sendiri. (contoh: serikat pekerja).
2)      Status dan harga diri: ada rasa peningkatan dan harga diri karena mengikuti atau bergabung dengan suatu kelompok. Contohnya, menjadi anggota klub eksklusif.
3)      Interaksi dan afiliasi: menikmati interaksi teratur dengan orang lain dan mendapatkan kepuasan dari interaksi tersebut. Contohnya, istri orang kaya yang masih tetap mau jadi pegawai negeri di sebuah instansi.
4)      Kekuatan: dengan berkelompok perjalanan/perjuangan menjad lebih kuat dibandingkan dengan berjuang sendirian.
5)      Pencapaian tujuan: dengan berkelompok tujuan lebih mudah dicapai daripada seorang diri.
6)      Keuntungan bersama: dengan berkelompok maka orang-orang yang terlibat akan mendapatkan keuntungan bersama (mutual benefits). Contohnya, koperasi dan persekutuan dagang.
7)      Kedekatan fisik: orang berkelompok, karena kedekatan jarak fisik (physical proximity). Contohnya: RT, RW, dan lain-lain.
Di dalam suatu kelompok tertentu sangat mungkin terjadi seseorang bisa mendapat lebih dari satu manfaat yang dapat diperolehnya. Hal yang demikian sah-sah saja. Dan, ini banyak kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Memahami alasan-alasan berkelompok, perlu bagi manajer. Sebab dengan memahami itu, maka perilaku kelompok dapat dijelaskan, diprediksi dan sekaligus dapat dikendalikan untuk tujuan-tujuan yang produktif bagi organisasi.
4. FASE PEMBENTUKAN KELOMPOK
            Pembentukan kelompok pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses yang dinamis yang terdiri dari beberapa fase, yaitu:
1)   Forming (pembentukan). Fase ini merupakan fase awal dimana keadaan ketidakpastian akan tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok dihadapi. Fase ini berakhir pada saat para anggota mulai berpikir bahwa diri mereka adalah bagian dari sebuah kelompok.
2)   Stroming (merebut hati). Fase ini dicirikan oleh adanya konflik intra kelompok. Anggota menerima keberadaan kelompok, tetapi menolak pengendalian kelompok atas individu. Fase ini selesai manakala didapatkan hirarki kepemimpinan yang relatif jelas di dalam kelompok.
3)   Norming (pengaturan norma). Fase ini menggambarkan adanya perkembangan hubungan dan kelompok menunjukkan adanya kohesi (kepaduan). Fase ini berakhir dengan adanya struktur kelompok yang semakin solid, dan merumuskan harapan-harapan serta perilaku kelompok yang benar dan diterima.
4)   Performing (melaksanakan). Fase ini memperlihatkan fungsi kelompok berjalan dan diterima oleh anggota. Jadi, disini energi kelompok sudah bergerak dari tahap saling mengenal dan saling mengerti kepelaksanaan tugas-tugas yang ada. Untuk kelompok yang relatif permanen, fase ini merupakan fase terakhir di dalam perkembangannya.
5)   Adjourning (pengakhiran). Fase ini merupakan fase terakhir yang ada pada kelompok yang bersifat temporer, yang di dalamnya tidak lagi berkenaan dengan pelaksanaan tugas-tugas, tetapi dengan berakhirnya rangkaian kegiatan.
5. BEBERAPA MASALAH UTAMA DALAM DINAMIKA KELOMPOK
            Karena kelompok terdiri dari sejumlah orang dan (biasanya) dengan latar belakangnya yang berbeda-beda, maka sangat mungkin di dalam kelompok itu ditemukan banyak masalah-masalah. Hal ini perlu sekali mendapatkan perhatian. Diantara masalah-masalah itu yang terpenting adalah sebagai berikut:
1)      Kepemimpinan
Masalah kepemimpinan sangat strategis sifatnya karena dapat menentukan efektif tidaknya proses kelompok. Di dalam praktek masalah kepemimpinan sangat pelik. Mulai dari mencari orang yang cocok, dapat diterima, dan mampu adalah beberapa diantara isu-isu yang penting. Tidak jarang suatu kelompok menjadi buyar karena kesalahan memilih pemimpin.
2)      Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, merupakan inti dari tugas atau misi kelompok. Pengambilan keputusan kelompok di dalam praktek lebih banyak sulitnya daripada mudahnya. Namun demikian, harus diakui bahwa pengambilan keputusan kelompok secara umum telah diakui lebih lebih baik kualitasnya daripada keputusan yang individual. Dan, kebanyakan organisasi memanfaatkan kelompok dalam proses pengambilan keputusannya.
3)      Komunikasi
Karena kelompok merupakan kumpulan dari para individu yang berinteraksi satu sama lain, maka masalah komunikasi memegang peranan yang sentral. Melalui komunikasi saling pengertian diciptakan pada akhirnya akan memperkuat kohesi, dan tercapainya tujuan-tujuan kelompok.
4)      Konflik
Perbedaan kepentingan dan harapan-harapan yang ada di dalam kelompok boleh jadi tidak dapat dihindari. Hal ini akan dapat menjadi potensi konflik sehingga sasaran yang telah ditetapkan gagal dicapai, dan bahkan bisa membuyarkan kelompok itu sendiri. Untuk itu, selalu memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan, kelompok perlu memperhatikan keberadaan potensi konflik ini dapat berusaha mengendalikannya agar proses kelompok dapat berlangsung efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar