Kamis, 20 Februari 2014

I. PERILAKU ORGANISASI: HAKEKAT DAN PERKEMBANGANNYA

1. PENDAHULUAN

Salah satu tugas utama dari para pemimpin organisasi adalah menjamin agar organisasi berjalan secara efektif. Mengapa demikian? Sebab, hasil-hasil karya masyarakat pada dasarnya diperoleh melalui kegiatan-kegiatan organisasi; dan dalam pada itu fungsi para pemimpin adalah membuat organisasi menjalankan tugasnya. Namun demikian, membuat supaya organisasi beroperasi secara efektif adalah pekerjaan yang sedikit sulit. Hal tersebut lebih banyak karena adanya faktor manusia di dalamnya, yang sering kali masalahnya lebih rumit untuk daripada soal-soal yang bersifat teknis.

Memang, memahami perilaku individu orang perorang merupakan hal yang menantang. Akan tetapi, memahami perilaku kelompok yang terdiri dari banyak individu yang berbeda dan menjalin hubungan diantara banyak individu itu justru lebih kompleks lagi. Dapat dibayangkan betapa rumitnya keadaan sebuah organisasi yang terdiri dari beribu-ribu individu dan beratus-ratus kelompok dengan jumlah hubungan yang amat besar yang ada diantara para individu dan kelompok itu. Oleh karena itu, usaha-usaha ke arah pemahaman perilaku manusia dalam organisasi dan memanfaatkan secara optimal pengetahuan perilaku itu merupakan hal mutlak bagi pemimpin organisasi.
2. PENGERTIAN PERILAKU ORGANISASI

Apakah yang dimaksud perilaku organisasi? Pertanyaan ini penting untuk dijawab sebelum kita mulai membahas hal-hal yang lebih dalam. Istilah perilaku organisasi terdiri dari dua kata yaitu perilaku dan organisasi yang masing-masing memiliki pengertian sendiri. Di dalam literature terdapat banyak sekali rumusan pengertian perilaku dan organisasi. Tentang kedua hal tersebut, Robins (1989) menyatakan: “behavior concerns it self with the actions people do that can be observed or measured” (perilaku berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia yang dapat di amati atau di ukur), dan “organization it consciously coordinated social unit, composed of two or more people. That fungtions on a relatively contimious basis to achieve a common goal or set of goalts” (organisasi adalah satuan sosial yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua atau lebih orang, yang berfungsi atas dasar yang relatif kontinyu untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan-tujuan bersama). Dalam definisi perilaku, kita dapat memasukkan berbagai contoh tindakan manusia, seperti: belajar, bekerja, mungkir, istirahat, memimpin, motivasi dan sebagainya; sedangkan definisi organisasi akan tercermin pada perusahaan, pabrik, sekolah, rumah sakit, satuan kemiliteran, dan lain-lain.

Penggabungan istilah diatas menjadi perilaku organisasi (organizational behavior) menghasilkan pengertian yang sedikit berbeda, walaupun ciri-ciri pokoknya tetap sama, seperti yang dapat dilihat dari rumusan berikut ini. Johns (1983:5) dalam bukunya Organizational Behavior mengatakan: “Orgazational Behavior a rather general term that refers to the attitude and behavior of in individuals and group in organization. The dicipline or field organizational behavior involves the systematic study of these attitude and behavior. Thus, the field in concerned with both personal and interpersonal issues in an organizational context”. (artinya kurang lebih, perilaku organisasi adalah suatu istilah yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan perilaku individu dan kelompok dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi sistematis tentang sikap dan perilaku, baik yang menyangkut pribadi maupun antar-pribadi di dalam konteks organisasi).

Senada dengan rumusan di atas, Robbins (1986) dalam bukunya Organizational Behavior, menyatakan: “Organizational behavior is a field of study that investigates the impact of individuals, group and structure have  behavior within organizational for the purpose of applying such knowledge toward improving an organizatin’s effectiveness” (artinya perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku (manusia) didalam organisasi dengan tujuan menerapkan pengetahuan yang didapat untuk meningkatkan efektivitas organisasi).

Secara singkat, perilaku itu berkenaan dengan studi tentang apa yang dikerjakan oleh manusia dalam organisasi dan bagaimana perilaku itu mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam kaitan ini maka bahan kajian dalam perilaku organisasi itu dapat meliputi sikap manusia terhadap pekerjaannya, serta perilakunya, seperti: konflik, kerjasama, produktivitas, kemangkiran, motivasi, dan lain-lain.
3. PERKEMBANGAN ILMU PERILAKU ORGANISASI: PERANAN DAN KONTRIBUSI ILMU-ILMU LAIN

Perilaku organisasi adalah disiplin ilmu yang relatif baru yang merupakan ilmu keperilakuan terapan dan dibangun atas kontribusi dari sejumlah disiplin ilmu keperilakuan lain yang lebih dulu ada. Ilmu-ilmu perilaku yang amat besar sumbangannya terhadap perkembangan perilaku organisasi diantaranya adalah: psikologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi, dan ilmu politik (Robbin, 1986). Ilmu psikologi memberi sumbangan yang besar pada satuan analisis individu atau mikro, sementara ilmu-ilmu lainnya menyumbang pada pemahaman mengenai konsep-konsep makro yaitu: proses kelompok dan organisasi. Secara singkat, kontribusi berbagai disiplin ilmu lain kepada perilaku organisasi dapat disajikan dalam uraian berikut ini.
a)      Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang berkenaan dengan usaha untuk mengukur, menjelaskan, dan kadang-kadang mengubah perilaku manusia. Oleh karena itu, para psikolog melibatkan diri mereka dalam  studi dan usaha untuk memahami perilaku individu. Adapun sumbangan terbesar dari bidang ilmu psikologi kepada perilaku organisasi datang daripada teoritisi dan ahli proses belajar, kepribadian, konseling, dan psikologi organisasi. Secara lebih spesifik, sumbangan mereka dalam bidang perilaku organisasi berkenaan dengan masalah-masalah antara lain: kebosanan, kelelahan, kondisi kerja, persepsi, kepribadian, latihan, kepemimpinan, motivasi, pengambilan keputusan, dan pengukuran sikap.
b)     Sosiologi
Jika para psikolog memusatkan perhatian mereka pada individu, maka sosiolog mempelajari sistem sosial dimana para individu memainkan perannya. Artinya, sosiologi itu mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Dalam kaitannya dengan perilaku organisasi, sosiologi memberi kontribusi yang besar dalam soal-soal yang berkenaan dengan perilaku kelompok di dalam organisasi, khususnya dalam organisasi yang formal dan kompleks. Dari konsep-konsep yang berasal dari sosiologi, perilaku organisasi mendapatkan berbagai masukan seperti: dinamika kelompok, proses sosialisasi, budaya organisasi, struktur organisasi formal, birokrasi, komunikasi, status, kekuasaan, dan konflik.
c)      Psikologi Sosial
Ilmu psikologi sosial mempelajari perilaku antar-individu. Kalau psikologi dan sosiologi masing-masing berusaha untuk menjelaskan perilaku individu dan perilaku kelompok, maka psikologi sosial berusaha mencari penjelasan tentang bagaimana dan mengapa para individu berperilaku tertentu dalam kegiatan kelompoknya. Salah satu kontribusi pertama ilmu ini terhadap perilaku organisasi adalah dalam masalah perubahan: yaitu bagaimana menerapkan perubahan dan bagaimana mengurangi hambatan agar suatu perubahan dapat diterima. Selain itu, hal-hal seperti mengukur, memahami dan mengubah sikap, pola komunikasi, dan cara-cara bagaimana kegiatan kelompok memenuhi kebutuhan individu juga merupakan kontribusi ilmu psikologi sosial yang penting terhadap bidang perilaku organisasi.
d)     Antropologi
Para antropolog mempelajari masyarakat untuk mengetahui seluk-beluk manusia dan aktivitasnya. Pengakuan, bahwa cara kita berperilaku merupakan fungsi dari kebudayaan kita adalah sumbangan ilmu antropologi sosial terhadap perilaku organisasi. Secara lebih spesifik, perbedaan-perbedaan fundamental dalam nilai, sikap, dan norma tentang perilaku yang dapat diterima mempengaruhi cara orang bertindak; dan dalam taraf tertentu dapat menjelaskan perbedaan antara bangsa yang satu dengan yang lain, atau antara masyarakat kota dengan masyarakat tani di pedesaan adalah bentuk sumbangan yang diserap oleh perilaku organisasi dari antropologi.
e)      Ilmu Politik
Para ilmuwan politik mempelajari perilaku individu dan kelompok dalam suatu lingkungan politik. Walau seringkali diabaikan, sesungguhnya kontribusi keilmuwan politik terhadap perilaku organisasi cukup besar dalam memahami perilaku manusia dalam organisasi. Beberapa topik spesifik yang menjadi minat ilmuwan politik dan diserap oleh bidang perilaku organisasi diantaranya adalah: struktur konflik, alokasi kekuasaan, dan bagaimana orang memanipulasi kekuasaan untuk kepentingan pribadinya.

Dari uraian diatas, jelaslah kiranya bahwa perilaku organisasi lahir dan berkembang dengan mengadopsi berbagai konsep, prinsip dan analisis yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu perilaku yang sudah lebih dahulu ada.

4. TUJUAN MEMAHAMI PERILAKU ORGANISASI

Seperti halnya disiplin ilmu yang lain-lain, perilaku organisasi memiliki sejumlah tujuan. Diantaranya yang terpenting adalah prediksi, eksplanasi, dan pengendalian perilaku yang terjadi dalam organisasi. Maksud dari ketiga tujuan tersebut akan diuraikan secara singkat berikut ini.
a)      Prediksi
Memprediksi perilaku orang lain adalah syarat penting bagi kehidupan keseharian kita, baik di dalam maupun di luar organisasi. Perjalanan pergaulan hidup kita akan menjadi lebih mudah bila kita memiliki kemampuan untuk mengantisipasi kapan kawan kita marah bila digoda atau bilamana bos kita beraksi positif atas penyelesaian tugas yang baik, dan kapan politisi mengungkapkan keadaan negeri kita yang sesungguhnya. Dalam kaitannya dengan perilaku organisasi, maka masalah memprediksi kondisi-kondisi yang menyebabkan pekerja yang lebih produktif, membuat keputusan yang lebih baik, mungkir dari pekerjaan, adalah hal-hal yang amat penting.
Singkatnya, keteraturan perilaku dalam organisasi memberikan kemungkinan kepada kita untuk melakukan prediksi atas perilaku-perilaku anggota organisasi pada masa yang akan datang.
b)     Eksplanasi
Tujuan lain dari perilaku organisasi adalah eksplanasi atau penjelasan terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam organisasi. Harus dipahami bahwa prediksi dan eksplanasi adalah proses yang berbeda. Bila dalam prediksi kita berhadapan dengan persoalan apa yang terjadi di waktu mendatang, maka dalam eksplanasi kita dihadapkan dengan persoalan mengapa, misalnya, pekerja kurang produktif, kurang puas, atau suka mangkir dan lamban dalam bekerja, dan sebagainya.
Dengan demikian, jelas bahwa perilaku organisasi penting untuk memungkinkan identifikasi dan eksplanasi atas berbagai peristiwa keperilakuan yang terjadi.
c)      Pengendalian
Pengendalian atau kontrol atas perilaku yang terjadi dalam organisasi adalah tujuan ketiga dari bidang perilaku organisasi. Semakin banyak perilaku atau kejadian yang dapat diprediksikan, dan semakin banyak yang dapat dijelaskan, maka pada gilirannya akan dibutuhkan bentuk kontrol atau pengendalian perilaku. Maksudnya tidak lain agar perilaku individu dalam organisasi dapat selalu diarahkan ke arah yang positif, perilaku yang menunjang pencapaian sasaran organisasi secara efektif.

Ketiga tujuan perilaku organisasi diatas: prediksi, eksplanasi, dan pengendalian perilaku jelas berkaitan secara erat satu sama lain. Ketiganya penting untuk memungkinkan proses pengkajian dan analisis, dan kemudian akan melahirkan tindakan-tindakan lanjutan yang tujuannya adalah efektivitas organisasi. Dan tentu saja hal-hal tersebut penting sekali artinya bagi setiap pemimpin organisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar