Jumat, 21 Februari 2014

II. LANDASAN PERILAKU INDIVIDU & KELOMPOK




1. PENDAHULUAN
            Kita sering mendengar ungkapan bahwa apa yang diperbuat manusia ditentukan oleh individu manusia itu sendiri dan lingkungannya. Jadi, perbedaan individual yang ada pada diri orang-orang dalam organisasi merupakan faktor yang penting yang ikut menentukan respons mereka terhadap sesuatu maupun perilakunya. Karenanya, hal ini perlu dipahami.
2. PERILAKU INDIVIDU
            Di dalam memahami perilaku individu, kita perlu mengkaji berbagai karakteristik yang melekat pada individu itu. Adapun berbagai karakteristik individu yang penting dapat disebutkan sebagai berikut:
a)      Ciri-ciri biografis, diantaranya adalah:
·         Umur
Dalam banyak kasus perilaku seseorang dalam organisasi ditentukan oleh umurnya. Umur seseorang akan menentukan kemampuannya dalam bekerja dan merespons sesuatu.
·         Jenis kelamin
Meskipun tidak banyak bukti yang menguatkan anggapan adanya perbedaan kinerja dan produktivitas antara wanita dan pria, namun jenis kelamin tetap merupakan karakteristik penting yang menentukan perbedaan dalam beberapa bentuk perilaku tertentu antara wanita dan pria. Misalnya, wanita karena kodratnya lebih sering meninggalkan pekerjaan dari pada pria, lebih-lebih para wanita yang berkeluarga dan beranak.
·         Status perkawinan
Perkawinan menyebabkan meningkatnya tanggung jawab seseorang. Hal ini pada gilirannya membuat yang sudah berkeluarga melihat pekerjaannya lebih bernilai dan penting, dan ikut menentukan bagaimana tingkat kepuasan kerja mereka.
·         Jumlah tanggungan
Tidak ada informasi yang cukup mengenai hubungan antara jumlah tanggungan seseorang dengan produktivitas kerjanya. Akan tetapi, sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah anak yang dimiliki oleh pekerja berhubungan erat dengan tingkat absensi dan kepuasan kerjanya.
·         Masa kerja
Meskipun hubungan senioritas-produktivitas telah diselidiki secara luas, tidak ada indikasi bahwa pekerja dengan masa kerja yang lebih lama lebih produktivitas dari pada mereka yang baru bekerja. Akan tetapi, para ahli mengakui bahwa masa kerja tenure berhubungan negatif dengan turnover dan sekaligus merupakan peramal terbaik bagi turnover. Artinya, semakin lama seseorang bekerja disuatu tempat semakin kecil kemungkinannya dia akan meninggalkan tempat pekerjaannya.
b)     Kepribadian
Mengenai kepribadian (personality), Gordon Allport seperti dikutip oleh Robbin (1986) mengatakan: “personality is the dynamic organization within the individual of those phsyco-physical systems that determine his unique adjusment to his environment”. (Artinya kira-kira, kepribadian adalah pengorganisasian yang dinamis dari sistem-sistem psikosifik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya dengan lingkungannya). Untuk tujuan bahasan kita disini, kepribadian dapat didefinisikan sebagai keseluruhan cara bagaimana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Apakah yang menentukan kepribadian seseorang? Dalam berbagai penelitian diperoleh keterangan bahwa kepribadian seseorang umumnya dibentuk oleh faktor-faktor keturunan dan lingkungan, ditambah dengan situasi-situasional. Artinya, kepribadian seseorang yang banyak ditentukan oleh bawaan dan lingkungan yang relatif stabil, akan dapat berubah karena kondisi situasi tertentu yang berubah-ubah.
Adapun berbagai karakteristik kepribadian yang populer diantaranya adalah: agresif, malu, pasrah, malas, ambisius, setia dan jujur. Ciri-ciri kepribadian ini, jika ditunjukan dalam sejumlah situasi oleh seseorang disebut dengan “traits” atau pembawaan. Semakin konsisten karakteristik itu ada pada seseorang, semakin sering ditampakkan dalam berbagai situasi, dan semakin penting pula pembawaan itu menggambarkan individu yang bersangkutan.
c)      Persepsi
Secara umum, pengertian persepsi dirumuskan oleh Robbin (1986) sebagai “a process by which individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give meaning to their inveronment” (suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesannya untuk memberi arti tertentu pada lingkungannya).
Mengapa persepsi ini penting untuk membahas perilaku indiviu dan kelompok? Karena perilaku manusia sering kali dituntun oleh persepsinya terhadap suatu realita, bukan realitas diri sendiri. Banyak kejadian dan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan betapa berbedanya pandangan orang terhadap suatu objek  yang sama. Misalnya, kondisi kerja yang favorabel dan penugasan pekerjaan yang menantang di suatu perusahaan boleh jadi dipersepsikan secara berbeda-beda oleh karyawannya karena masing-masing orang memiliki alasan dan latar belakang sendiri yang menentukan persepsinya.
Masalahnya, bagaimana kita menjelaskan fakta bahwa seseorang melihat sesuatu yang sama dengan persepsi yang berbeda? Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang membentuk kadang-kadang menyebabkan terjadinya distorsi dalam persepsi. Faktor-faktor tersebut bisa ada pada get (sasaran) yang dipersepsikan, atau konteks situasi pada saat mana persepsi dibuat. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Pemberi Kesan
Bilamana seseorang melihat pada sebuah sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa yang dilihatnya, maka interpretasinya itu akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi si pemberi kesan/penilai (perceiver).
2)      Sasaran
Ciri-ciri yang melekat pada sasaran yang sedang diamati dapat juga mempengaruhi persepsi. Orang-orang yang bersuara keras di dalam kelompok akan mudah ditandai daripada mereka yang pendiam. Begitu pula mereka yang sangat menarik dan yang sangat tidak menarik. Pendeknya, ukuran, suara, gerakan, dan atribut lain yang ada pada sasaran akan membentuk persepsi kita pada sasaran itu.
3)      Situasi
Situasi atau konteks dimana kita melihat sesuatu kejadian atau objek juga penting. Unsur-unsur lingkungan boleh jadi sangat mempengaruhi persepsi kita. Sasaran yang kita temui disebuah diskotik di malam minggu tidak memiliki daya tarik, tetapi disaat lain di kelas orang yang sama menjadi sangat menarik (diantara yang ada); adalah contoh bagaimana mekanisme persepsi itu dipengaruhi oleh situasi lingkungan.
Pendeknya, persepsi itu kompleks dan penting sekali untuk dipahami karena sangat berguna di dalam memahami perilaku individu dalam organisasi.
d)     Sikap (attitude)
Menurut Mitchell (1982) para ilmuwan sosial umumnya sependapat bahwa “attitude could be see as a predisposition to respond in a favorable or unfavorable way to objects, persons, concepts, or whatever”. (sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang menyenangkan atau tidak terhadap objek, orang, konsep, atau apa saja). Ada beberapa asumsi penting yang menjadi dasar dari definisi ini. pertama, sikap itu berhubungan dengan perilaku. Berdasarkan sikapnya terhadap sesuatu seseorang cenderung untuk berperilaku tertentu. Kedua, sikap terikat erat dengan perasaan orang dengan suatu objek. Contoh dari perasaan adalah ketertarikan pada sesuatu, yaitu pada taraf mana sesuatu itu disukai (perasaan senang) atau tidak disukai (perasaan tidak senang). Ketiga, sikap adalah konstruk yang bersifat hipotesis. Artinya, konsekuensinya dapat diamati, akan tetapi sikap itu sendiri tidak dapat diamati.
Sikap penting sekali dipahami karena beberapa alasan. Dari perspektif individu, sikap dapat menyajikan dasar bagi interaksi kita dengan orang lain, dan dengan dunia di sekeliling kita. Sikap kita terhadap berbagai masalah sosial politik, seperti: AIDS, SDSB, hubungan luar negeri, dan lain-lain, misalnya akan dapat membantu membentuk sikap kita terhadap kebijaksanaan pemerintah. Juga, dengan sikap kita dapat mempelajari sikap orang begitu juga dengan berinteraksi dengannya. Hal ini akan menentukan bentuk interaksi yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.
Pendeknya, sikap merupakan salah satu faktor yang penting untuk dipahami agar kita dapat mengelola perilaku organisasi secara efektif.
3. PERILAKU KELOMPOK
            Dalam membahasa perilaku kelompok, ada beberapa konsep tentang kelompok yang perlu dikemukakan, yaitu:
a)      Defenisi, Klasifikasi, dan Karakteristik
Kelompok (group) didefinisikan sebagai kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja (performance) dari seseorang dipengaruhi oleh perilaku/kinerja anggota yang lain (Shaw, 1976). Di dalam studi perilaku organisasi, kelompok merupakan salah satu analisis di samping unit analisis yang lain: individu dan organisasi, terlebih-lebih para manajer. Karena dengan pemahaman yang cukup, maka kelompok akan dapat dimanfaatkan secara efektif bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Menurut dengan hubungannya dengan organisasi, kelompok dapat dibedakan di dalam dua kategori, yaitu kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan resmi: struktur organisasi dan penugasan-penugasan organisasi. Sedangkan kelompok informal, sebaliknya tidak terstruktur dan tidak ditentukan oleh organisasi. Disamping itu, klasifikasi kelompok ini dapat juga dilakukan dengan cara lain, yaitu: (1) kelompok berdasarkan komando dan tugas, yaitu kelompok yang terdiri dari atasan-bawahan yang tergambar dalam badan organisasi, dan yang anggotanya tidak selalu terdiri dari atasan dan bawahan. (2) kelompok minat dan persahabatan yang terbentuk karena persamaan minat tertentu, dan kesamaan dalam beberapa ciri, seperti: umur, hobi, sekolah, politik, dan sebagainya.
Di dalam kelompok akan ditemui beberapa karakteristik tertentu yang menunjukkan eksistensi kelompok itu. Beberapa karakteristik yang dimaksud adalah: struktur, hirarki status, peranan, norma, kepemimpinan dan kohesi kelompok.
b)     Alasan Perlunya Berkelompok
Ada beberapa alasan mengapa orang mengikuti atau menjadi bagian dari kelompok tertentu. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Rasa aman (keamanan): dengan ikut kelompok dapat mengurangi ketidakamanan (rasa tidak aman) karena berdiri sendiri. (contoh: serikat pekerja).
2)      Status dan harga diri: ada rasa peningkatan status dan harga diri karena mengikuti atau bergabung dengan suatu kelompok.
3)      Interaksi dan afiliasi: menikmati interaksi teratur dengan orang lain dan mendapatkan kepuasan dari interaksi tersebut. (istri orang kaya yang masih tetap mau jadi pegawai negeri di sebuah instansi).
4)      Kekuatan: dengan berkelompok perjalanan/perjuangan menjadi lebih kuat dibandingkan dengan berjuang sendirian.
5)      Pencapaian tujuan: dengan berkelompok tujuan lebih mudah dicapai daripada seorang diri.
Di dalam suatu kelompok tertentu, tentu saja boleh jadi seseorang yang akan bisa mendapat lebih dari satu manfaat yang dapat diperoleh. Dan, hal ini banyak kita saksikan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Memahami alasan-alasan berkelompok, perlu bagi manajer. Sebab dengan pemahaman itu, maka perilaku kelompok dapat dijelaskan, diprediksi dan sekaligus dapat dikendalikan untuk tujuan-tujuan yang produktif bagi organisasi.
4. PENTINGNYA MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DAN KELOMPOK
            Perilaku individu dan kelompok atau perilaku organisasi harus dikelola dengan baik, betapapun tingginya tingkat kompleksitas yang ada. Sebab pada akhirnya karya organisasi itu dicapai melalui manusia, baik secara individu ataupun kolektif, baik oleh dirinya sendiri maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, pengelolaan perilaku organisasi memiliki posisi sentral dalam tugas para pemimpin organisasi karena beberapa hal yang berkaitan dengan tujuan perilaku organisasi itu sendiri.
5. KESIMPULAN
            Demikianlah beberapa hal pokok mengenai perilaku individu dan kelompok yang perlu diketahui dalam rangka memahami perilaku organisasi. Masalah perilaku individu dan kelompok merupakan salah satu masalah yang amat pelik yang selalu dihadapi oleh semua manajer diberbagai organisasi. Karenanya, perlu sekali dipelajari dan dipahami demi pencapaian tujuan organisasi secara efektif.

1 komentar: