1. PENDAHULUAN
Salah satu tugas utama dari para pemimpin organisasi adalah
menjamin agar organisasi berjalan secara efektif. Mengapa demikian? Sebab,
hasil-hasil karya masyarakat pada dasarnya diperoleh melalui kegiatan-kegiatan
organisasi; dan dalam pada itu fungsi para pemimpin adalah membuat organisasi
menjalankan tugasnya. Namun demikian, membuat supaya organisasi beroperasi
secara efektif adalah pekerjaan yang sedikit sulit. Hal tersebut lebih banyak
karena adanya faktor manusia di dalamnya, yang sering kali masalahnya lebih
rumit untuk daripada soal-soal yang bersifat teknis.
Memang, memahami perilaku individu orang perorang merupakan
hal yang menantang. Akan tetapi, memahami perilaku kelompok yang terdiri dari
banyak individu yang berbeda dan menjalin hubungan diantara banyak individu itu
justru lebih kompleks lagi. Dapat dibayangkan betapa rumitnya keadaan sebuah
organisasi yang terdiri dari beribu-ribu individu dan beratus-ratus kelompok
dengan jumlah hubungan yang amat besar yang ada diantara para individu dan
kelompok itu. Oleh karena itu, usaha-usaha ke arah pemahaman perilaku manusia
dalam organisasi dan memanfaatkan secara optimal pengetahuan perilaku itu
merupakan hal mutlak bagi pemimpin organisasi.
2. PENGERTIAN PERILAKU ORGANISASI
Apakah yang dimaksud perilaku organisasi? Pertanyaan ini
penting untuk dijawab sebelum kita mulai membahas hal-hal yang lebih dalam. Istilah
perilaku organisasi terdiri dari dua kata yaitu perilaku dan organisasi
yang masing-masing memiliki pengertian sendiri. Di dalam literature terdapat
banyak sekali rumusan pengertian perilaku dan organisasi. Tentang kedua hal
tersebut, Robins (1989) menyatakan: “behavior concerns it self with the
actions people do that can be observed or measured” (perilaku berkenaan
dengan tindakan-tindakan manusia yang dapat di amati atau di ukur), dan “organization
it consciously coordinated social unit, composed of two or more people. That fungtions
on a relatively contimious basis to achieve a common goal or set of goalts”
(organisasi adalah satuan sosial yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari
dua atau lebih orang, yang berfungsi atas dasar yang relatif kontinyu untuk
mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan-tujuan bersama). Dalam definisi
perilaku, kita dapat memasukkan berbagai contoh tindakan manusia, seperti:
belajar, bekerja, mungkir, istirahat, memimpin, motivasi dan sebagainya;
sedangkan definisi organisasi akan tercermin pada perusahaan, pabrik, sekolah,
rumah sakit, satuan kemiliteran, dan lain-lain.
Penggabungan istilah diatas menjadi perilaku organisasi (organizational
behavior) menghasilkan pengertian yang sedikit berbeda, walaupun ciri-ciri
pokoknya tetap sama, seperti yang dapat dilihat dari rumusan berikut ini. Johns
(1983:5) dalam bukunya Organizational Behavior mengatakan: “Orgazational
Behavior a rather general term that refers to the attitude and behavior of in
individuals and group in organization. The dicipline or field organizational
behavior involves the systematic study of these attitude and behavior. Thus,
the field in concerned with both personal and interpersonal issues in an
organizational context”. (artinya kurang lebih, perilaku organisasi adalah
suatu istilah yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan perilaku
individu dan kelompok dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi sistematis
tentang sikap dan perilaku, baik yang menyangkut pribadi maupun antar-pribadi
di dalam konteks organisasi).
Senada dengan rumusan di atas, Robbins (1986) dalam bukunya Organizational
Behavior, menyatakan: “Organizational behavior is a field of study
that investigates the impact of individuals, group and structure have behavior within organizational for the
purpose of applying such knowledge toward improving an organizatin’s
effectiveness” (artinya perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh individu, kelompok, dan struktur
terhadap perilaku (manusia) didalam organisasi dengan tujuan menerapkan
pengetahuan yang didapat untuk meningkatkan efektivitas organisasi).
Secara singkat, perilaku itu berkenaan dengan studi tentang
apa yang dikerjakan oleh manusia dalam organisasi dan bagaimana perilaku itu
mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam kaitan ini maka bahan kajian dalam
perilaku organisasi itu dapat meliputi sikap manusia terhadap pekerjaannya,
serta perilakunya, seperti: konflik, kerjasama, produktivitas, kemangkiran,
motivasi, dan lain-lain.
3. PERKEMBANGAN ILMU PERILAKU ORGANISASI: PERANAN DAN
KONTRIBUSI ILMU-ILMU LAIN
Perilaku organisasi adalah disiplin ilmu yang relatif baru
yang merupakan ilmu keperilakuan terapan dan dibangun atas kontribusi dari
sejumlah disiplin ilmu keperilakuan lain yang lebih dulu ada. Ilmu-ilmu
perilaku yang amat besar sumbangannya terhadap perkembangan perilaku organisasi
diantaranya adalah: psikologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi, dan
ilmu politik (Robbin, 1986). Ilmu psikologi memberi sumbangan yang besar pada
satuan analisis individu atau mikro, sementara ilmu-ilmu lainnya menyumbang
pada pemahaman mengenai konsep-konsep makro yaitu: proses kelompok dan
organisasi. Secara singkat, kontribusi berbagai disiplin ilmu lain kepada
perilaku organisasi dapat disajikan dalam uraian berikut ini.
a)
Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang berkenaan dengan usaha untuk
mengukur, menjelaskan, dan kadang-kadang mengubah perilaku manusia. Oleh karena
itu, para psikolog melibatkan diri mereka dalam
studi dan usaha untuk memahami perilaku individu. Adapun sumbangan
terbesar dari bidang ilmu psikologi kepada perilaku organisasi datang daripada
teoritisi dan ahli proses belajar, kepribadian, konseling, dan psikologi
organisasi. Secara lebih spesifik, sumbangan mereka dalam bidang perilaku
organisasi berkenaan dengan masalah-masalah antara lain: kebosanan, kelelahan,
kondisi kerja, persepsi, kepribadian, latihan, kepemimpinan, motivasi,
pengambilan keputusan, dan pengukuran sikap.
b)
Sosiologi
Jika para psikolog memusatkan perhatian mereka pada individu,
maka sosiolog mempelajari sistem sosial dimana para individu memainkan
perannya. Artinya, sosiologi itu mempelajari manusia dalam hubungannya dengan
manusia lain. Dalam kaitannya dengan perilaku organisasi, sosiologi memberi
kontribusi yang besar dalam soal-soal yang berkenaan dengan perilaku kelompok
di dalam organisasi, khususnya dalam organisasi yang formal dan kompleks. Dari konsep-konsep
yang berasal dari sosiologi, perilaku organisasi mendapatkan berbagai masukan
seperti: dinamika kelompok, proses sosialisasi, budaya organisasi, struktur
organisasi formal, birokrasi, komunikasi, status, kekuasaan, dan konflik.
c)
Psikologi Sosial
Ilmu psikologi sosial mempelajari perilaku antar-individu. Kalau
psikologi dan sosiologi masing-masing berusaha untuk menjelaskan perilaku
individu dan perilaku kelompok, maka psikologi sosial berusaha mencari
penjelasan tentang bagaimana dan mengapa para individu berperilaku tertentu
dalam kegiatan kelompoknya. Salah satu kontribusi pertama ilmu ini terhadap
perilaku organisasi adalah dalam masalah perubahan: yaitu bagaimana menerapkan
perubahan dan bagaimana mengurangi hambatan agar suatu perubahan dapat
diterima. Selain itu, hal-hal seperti mengukur, memahami dan mengubah sikap,
pola komunikasi, dan cara-cara bagaimana kegiatan kelompok memenuhi kebutuhan
individu juga merupakan kontribusi ilmu psikologi sosial yang penting terhadap
bidang perilaku organisasi.
d)
Antropologi
Para antropolog mempelajari masyarakat untuk mengetahui
seluk-beluk manusia dan aktivitasnya. Pengakuan, bahwa cara kita berperilaku
merupakan fungsi dari kebudayaan kita adalah sumbangan ilmu antropologi sosial
terhadap perilaku organisasi. Secara lebih spesifik, perbedaan-perbedaan
fundamental dalam nilai, sikap, dan norma tentang perilaku yang dapat diterima
mempengaruhi cara orang bertindak; dan dalam taraf tertentu dapat menjelaskan
perbedaan antara bangsa yang satu dengan yang lain, atau antara masyarakat kota
dengan masyarakat tani di pedesaan adalah bentuk sumbangan yang diserap oleh
perilaku organisasi dari antropologi.
e)
Ilmu Politik
Para ilmuwan politik mempelajari perilaku individu dan
kelompok dalam suatu lingkungan politik. Walau seringkali diabaikan,
sesungguhnya kontribusi keilmuwan politik terhadap perilaku organisasi cukup
besar dalam memahami perilaku manusia dalam organisasi. Beberapa topik spesifik
yang menjadi minat ilmuwan politik dan diserap oleh bidang perilaku organisasi
diantaranya adalah: struktur konflik, alokasi kekuasaan, dan bagaimana orang
memanipulasi kekuasaan untuk kepentingan pribadinya.
Dari uraian diatas, jelaslah kiranya bahwa perilaku
organisasi lahir dan berkembang dengan mengadopsi berbagai konsep, prinsip dan
analisis yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu perilaku yang sudah lebih dahulu
ada.
4. TUJUAN MEMAHAMI PERILAKU ORGANISASI
Seperti halnya disiplin ilmu yang lain-lain, perilaku
organisasi memiliki sejumlah tujuan. Diantaranya yang terpenting adalah
prediksi, eksplanasi, dan pengendalian perilaku yang terjadi dalam organisasi. Maksud
dari ketiga tujuan tersebut akan diuraikan secara singkat berikut ini.
a)
Prediksi
Memprediksi perilaku orang lain
adalah syarat penting bagi kehidupan keseharian kita, baik di dalam maupun di
luar organisasi. Perjalanan pergaulan hidup kita akan menjadi lebih mudah bila
kita memiliki kemampuan untuk mengantisipasi kapan kawan kita marah bila digoda
atau bilamana bos kita beraksi positif atas penyelesaian tugas yang baik, dan
kapan politisi mengungkapkan keadaan negeri kita yang sesungguhnya. Dalam kaitannya
dengan perilaku organisasi, maka masalah memprediksi kondisi-kondisi yang
menyebabkan pekerja yang lebih produktif, membuat keputusan yang lebih baik,
mungkir dari pekerjaan, adalah hal-hal yang amat penting.
Singkatnya, keteraturan perilaku dalam
organisasi memberikan kemungkinan kepada kita untuk melakukan prediksi atas perilaku-perilaku
anggota organisasi pada masa yang akan datang.
b)
Eksplanasi
Tujuan lain dari perilaku organisasi adalah eksplanasi atau
penjelasan terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam organisasi. Harus dipahami
bahwa prediksi dan eksplanasi adalah proses yang berbeda. Bila dalam prediksi
kita berhadapan dengan persoalan apa yang terjadi di waktu mendatang, maka
dalam eksplanasi kita dihadapkan dengan persoalan mengapa, misalnya, pekerja
kurang produktif, kurang puas, atau suka mangkir dan lamban dalam bekerja, dan
sebagainya.
Dengan demikian, jelas bahwa perilaku organisasi penting
untuk memungkinkan identifikasi dan eksplanasi atas berbagai peristiwa
keperilakuan yang terjadi.
c)
Pengendalian
Pengendalian atau kontrol atas perilaku yang terjadi dalam
organisasi adalah tujuan ketiga dari bidang perilaku organisasi. Semakin banyak
perilaku atau kejadian yang dapat diprediksikan, dan semakin banyak yang dapat
dijelaskan, maka pada gilirannya akan dibutuhkan bentuk kontrol atau
pengendalian perilaku. Maksudnya tidak lain agar perilaku individu dalam
organisasi dapat selalu diarahkan ke arah yang positif, perilaku yang menunjang
pencapaian sasaran organisasi secara efektif.
Ketiga tujuan perilaku organisasi diatas: prediksi,
eksplanasi, dan pengendalian perilaku jelas berkaitan secara erat satu sama
lain. Ketiganya penting untuk memungkinkan proses pengkajian dan analisis, dan
kemudian akan melahirkan tindakan-tindakan lanjutan yang tujuannya adalah
efektivitas organisasi. Dan tentu saja hal-hal tersebut penting sekali artinya
bagi setiap pemimpin organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar