Mata
Kuliah : Pendidikan agama Islam
Kelas : Manajemen A3
Semester : 1 (Ganjil)
Tugas : Makalah Final
MAKNA TAUHID DALAM ISLAM
Oleh:
ILMAWATI
NIM.
1211557
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
TRI DHARMA NUSANTARA
MAKASSAR
2012
I. PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang
paling urgen dalam Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam
membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar
daripada Aqidah Islamiyah. Kalimat
Tauhid yang lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah
Thayyibah begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya, seorang
muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya yang lima
waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah
'Aqidah menjadi sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan
masyarakat yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga
urusan-urusan dunia menjadi suatu hal yang menyita perhatian manusia daripada
hal-hal lainnya, termasuk masalah keagamaan, sehingga kita dapatkan banyak
sekali penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam,
dengan keadaan yang semakin hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan
menyadarkan kita semua akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama yang
tidak mengatur urusan akhirat saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan
duniawi, yang menjadikan aqidah sebagai landasan berfikirnya.
Bahkan banyak dari umat Islam yang hanya
mengenal agama Islam dengan hanya yakin dan percaya bahwa Allah SWT adalah
Tuhannya. Mereka tidak mengenal secara luas tentang Tauhid dan bagaimana cara
mengesakan Allah SWT, sehingga mereka hanya yakin dan percaya dengan Islam
tanpa adanya Ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
B. RUMUSAN
MASALAH
- Apakah Tauhid itu?
- Apakah hakekat dan inti Tauhid itu?
- Apakah keutamaan Tauhid?
- Apakah keagungan kalimat Taauhid itu sendiri?
- Apakah kesempurnaan Tauhid?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tauhid
Tauhid, yaitu
seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya
dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Renungkanlah QS. Al Ikhlash ayat 1 s.d. 4 :
Terjemahannya :
1.
Katakanlah
(Muhammad) : “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
2.
Allah adalah
tempat meminta segala sesuatu
3.
(Allah) tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan
4.
Dan tidak ada
sesuatu yang setara dengan Dia.”
Firman Allah dalam QS. Adz Dzaariyaat ayat 56 :
Terjemahannya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk
beribadah kepada-Ku.”
Bila kita cermati ayat-ayat Al-Quran di atas,
sangatlah jelas bahwa Allah adalah satu dan kita wajib beribadah kepada Allah
SWT serta janganlah menyutukanNya dengan apapun. Menyembah atau beribadah
kepada Allah SWT ialah penghambaan diri kepada Allah Taala dgn menaati segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sebagaimana yg telah disampaikan
oleh Rasulullah saw. Inilah hakikat agama Islam krn Islam maknanya ialah
penyerahan diri kepada Allah semata-mata yg disertai dgn kepatuhan mutlak
kepada-Nya dgn penuh rasa rendah diri dan cinta. Ibadah berarti juga segala
perkataan dan perbuatan baik lahir maupun batin yg dicintai dan diridai Allah.
Suatu amal diterima oleh Allah sebagai suatu ibadah apabila ikhlas krn Allah
dan mengikuti dan sesuai tuntunan Rasulullah saw.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan
mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya.
Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya
Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah
selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala sifat
kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai
nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.
Beriman kepada Allah SWT terwujud dalam empat
perkara:
·
Beriman kepada Wujud Allah
·
Beriman kepada Rububiyah Allah
Rububiyah
adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Rabb’.
Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-Murabbi (pemelihara),
al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Mushlih (yang memperbaiki),
al-Sayyid (tuan) dan al-Wali (wali). Dan dalam syariat Islam, istilah Tauhid
Rububiyah berarti: “Percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik,
pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta
mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.
·
Beriman kepada Uluhiyah Allah
Tauhid yang
mempercayai bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah,
memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan merendah serta tidak kepada yang lain.
Makna Uluhiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah lah Tuhan yang berhak
disembah, tidak ada sekutu bagiNya. Tauhid Uluhiyah merupakan ujung ruh Al
Qur’an, yang karenanya para Rasul diutus, yang karenanya ada pahala dan siksa,
dan karenanya keikhlasan beragama kepada Allah terealisasi.
·
Beriman kepada Asma’ dan sifat Allah.
Tauhid yang
mempercayai bahwa hanya Allah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan
terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan. Atau menetapkan asma’
dan sifat Allah berdasarkan apa yang ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya di
dalam Al Qur’an maupun sunnah Rasul-Nya.
B. Hakekat dan
Inti Tauhid
Hakekat dan
inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari
Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selainNya tanpa
sebab atau perantara. Seseorang melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan
yang berbahaya dan semisalnya, semuanya berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya
dengan ibadah yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada
yang lain. Tauhid itu adalah pangkal ibadah. Praktik tauhid adalah praktik
syahadat secara nyata. Inilah praktek beragama yang paling sulit karena di
dalamnya terdapat hambatan-hambatan serta rintangan-rintangan dan godaan-godaan
besar yang akan menjumpai tiap orang yg menempuhnya. Hanya atas pertolongan
taufik dan hidayah Allah sajalah tiap hamba dapat menempuhnya dengan benar dan
selamat.
C. Keutamaan
Tauhid
·
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya
Nabi SAW bersabda, “Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya Muhammad
SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba dan Rasul-Nya,
serta kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan Ruh dari-Nya. Dan (siapa
yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka adalah benar,
niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah
ada”.
·
Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, “Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, ‘Wahai keturunan Adam,
selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Kuampuni semua dosa kalian
dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosanya). Wahai keturunan Adam, jika
dosamu telah sama ke atas langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku,
niscaya Kuampuni dan Aku tidak peduli (sebanyak apapun dosamu). Wahai keturunan
Adam, jika engkau datang kepadanya dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian
engkau datang menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku,
niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi).” HR. At-Tirmidzi.
D. Keagungan
Kalimat Tauhid
Dari Abdullah
bin ‘Amr bin al-’Ash r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Nabi Nuh ‘alaihissalam tatkala menjelang kematiannya, beliau berkata kepada
anaknya, “Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu: Aku perintahkan
kepadamu dua perkara dan melarangmu dari dua perkara. Saya perintahkan kepadamu
dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain
Allah). Sesungguhnya seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi
diletakkan dalam satu daun timbangan dan kalimah laa ilaaha illallah (Tiada
Ilah (yang berhak disembah) selain Allah) diletakkan pada daun timbangan yang
lain, niscaya kalimat laa ilaaha illallah lebih berat. Dan jikalau tujuh lapis
langit dan tujuh lapis bumi merupakan sebuah lingkaran yang samar, niscaya
dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallah dan subhanallahi wabihamdih (maha suci
Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia merupakan inti dari semua
ibadah. Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku melarangmu dari perbuatan
syirik dan takabur…” HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.
E. Kesempurnaan
Tauhid
Tauhid tidak
sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada sekutu
bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman Allah SWT (QS. An-Nahl :36) yang
artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)”.
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba
melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti
seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin
atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT. Thaghut itu sangat banyak
dan intinya ada lima:
1.
Iblis (semoga Allah SWT melindungi kita
darinya),
2.
Siapa yang disembah sedangkan dia ridha
3.
Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah
dirinya,
4.
Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5.
Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah
SWT
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan
yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tauhid berarti
seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya
dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Selain itu
tauhid juga bila kita mampu memahami dan memaknainya dengan baik memiliki
keagungan dalam kalimatnya, keutamaan, dan kesempurnaan sesuai dengan Al Quran
dan Sunnah.
Dan kita
sebagai seorang muslim harus mampu menyelami dan menerapkan sikap tauhid dalam
hidup kita supaya kita mendapatkan keridhoan Allah dalam dunia dan akhirat.
B. SARAN
Setelah
pembahasan makalah ini, diharapkan mahasiswa pada khususnya dan umat Islam pada
umumnya dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta dapat
mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengenal
Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan yang patut disembah, kita akan terhindar
dari perbuatan syirik. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dilindungi
Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka jahanam. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://sabdaislam.wordpress.com/2009/12/16/bab-6-penjelasan-tentang-makna-tauhid/
http://indonesiaindonesia.com/f/5168-pengertian-tauhid/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar